Unduh PDFUnduh PDF

Kerap menemukan cairan yang keluar dari area vagina? Sejatinya, pengeluaran cairan dari vagina mengindikasikan bahwa tubuh Anda masih berfungsi dengan normal. Sekalipun tekstur dan warna cairan vagina pasti akan berubah di sepanjang bulan, pahamilah bahwa beberapa perubahan mungkin mengindikasikan adanya masalah medis yang patut Anda waspadai. Untuk membedakan cairan vagina yang normal dan abnormal, pun untuk mengontrol keseimbangan pH di area vagina, cobalah membaca artikel ini!

Metode 1
Metode 1 dari 9:

Kenakan pantyliner agar celana dalam tetap kering.

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Ganti pantyliner setiap beberapa jam agar proses penyerapan cairan vagina dapat berlangsung dengan maksimal.
    Pahamilah pula bahwa terlalu lama mengenakan pantyliner dapat memicu terjadinya iritasi di area vagina.[1] Jika jumlah cairan vagina Anda cukup banyak, tidak perlu malu! Toh jumlah cairan vagina yang dikeluarkan oleh setiap wanita memang berbeda.[2]
    • Jika malas mengenakan pantyliner, silakan membawa celana dalam ekstra ke mana pun Anda pergi, lalu ganti celana dalam Anda secara berkala di sepanjang hari.
Metode 2
Metode 2 dari 9:

Bersihkan vagina dari depan ke belakang untuk mencegah terjadinya infeksi.

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Jika vagina dibersihkan dari belakang ke depan, kemungkinan besar bakteri yang terletak pada anus akan masuk ke liang vagina.
    Untuk mencegahnya terjadi, selalu bersihkan vagina dari depan ke belakang![3]
    • Membersihkan vagina dari belakang ke depan dapat memicu keluarnya cairan vagina yang abnormal. Jika Anda sudah terbiasa melakukannya, berusahalah untuk mengubahnya mulai sekarang.
Metode 3
Metode 3 dari 9:

Bersihkan vulva dengan air bersih setiap harinya.

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Sabun beraroma dapat mengganggu keseimbangan pH di area vagina.
    Oleh karena itu, ketika sedang mandi, cukup basuh bagian dalam dan luar bibir vagina dengan air bersih. Tidak perlu membersihkan bagian dalam vagina dengan sabun karena area tersebut sejatinya akan dibersihkan oleh cairan vagina. Yang terpenting, mandilah setiap hari untuk mencegah terjadinya penumpukan bakteri di area genital.[4]
    • Menggunakan douche (alat untuk menyemprotkan larutan pembersih khusus ke dalam vagina) atau sabun kewanitaan juga dapat memicu keluarnya cairan vagina yang abnormal. Ingat, vagina Anda mampu membersihkan dirinya sendiri sehingga tidak perlu dibersihkan dengan produk khusus. Jika tidak yakin dengan metode yang tepat untuk membersihkan vagina, sebaiknya tidak perlu menyentuhnya.
    • Aktivitas berendam berisiko mengacaukan keseimbangan pH di area vagina. Oleh karena itu, pastikan Anda lebih sering mandi dengan menggunakan pancuran alih-alih berendam dalam bak mandi.
Metode 4
Metode 4 dari 9:

Kenakan celana dalam berbahan katun.

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Bantu vagina untuk bernapas dengan leluasa di sepanjang hari.
    Caranya, jangan mengenakan celana yang terlalu ketat, legging (celana ketat), kostum balet atau akrobat yang terlalu ketat, atau pakaian renang dalam waktu yang terlalu lama agar keseimbangan pH Anda tidak terganggu. Pada malam hari, sebaiknya tidurlah tanpa mengenakan celana dalam agar sirkulasi udara di sekitar vagina tetap baik.[5]
    • Celana dalam berbahan serat sintetis, seperti poliester, juga dapat mengacaukan keseimbangan pH Anda. Oleh karena itu, selalu kenakan celana dalam berbahan katun jika memungkinkan.
    • Jika pakaian Anda basah dan/atau berkeringat, segeralah menggantinya dengan yang baru. Hati-hati, kelembapan berlebih dapat menghalangi vagina untuk bernapas dengan bebas.
Metode 5
Metode 5 dari 9:

Berkemihlah setelah melakukan penetrasi seksual.

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Aktivitas berkemih dapat membantu membasuh bakteri yang ada di liang vagina.
    Jika telanjur masuk ke dalam vagina, bakteri tersebut dapat mengubah kondisi cairan vagina atau bahkan memicu terjadinya infeksi saluran kemih. Untuk mencegahnya terjadi, pastikan Anda selalu berkemih dalam kurun waktu satu jam setelah melakukan hubungan seksual.[6]
    • Jika muncul gejala seperti nyeri perut, nyeri di area punggung bawah, demam, atau perdarahan ketika buang air kecil, kemungkinan besar Anda mengalami infeksi saluran kemih. Segeralah memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan resep antibiotik yang tepat![7]
Metode 6
Metode 6 dari 9:

Gunakan tampon dan pembalut yang tidak mengandung pewangi.

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Produk kewanitaan dapat mengacaukan keseimbangan pH di area vagina Anda.
    Oleh karena itu, ketika akan membeli produk kewanitaan, pastikan Anda selalu memilih produk yang terbuat dari katun alami dan tidak mengandung pewangi. Selain itu, ganti produk kewanitaan setiap 2-4 jam agar kondisi vagina, berikut cairan yang dikeluarkannya, tetap sehat.[8]
    • Jangan menggunakan tisu toilet yang mengandung pewarna dan/atau pewangi karena kedua bahan tersebut dapat merusak keseimbangan pH Anda.
Metode 7
Metode 7 dari 9:

Lakukan hubungan seksual dengan aman untuk mencegah terjadinya penularan penyakit.

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Penyakit menular seksual juga dapat memicu terjadinya pengeluaran cairan vagina yang abnormal.
    Jika Anda aktif secara seksual, selalu gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual. Jika telanjur melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dengan seseorang yang riwayat seksualnya tidak Anda ketahui, segeralah memeriksakan diri ke ginekolog.[9]
    • Ingat, pil pengontrol kehamilan hanya mampu mencegah terjadinya kehamilan karena penularan penyakit menular seksual hanya mampu dicegah dengan penggunaan kondom.
Metode 8
Metode 8 dari 9:

Periksakan diri ke dokter jika menyadari adanya cairan vagina yang abnormal.

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Umumnya, cairan vagina yang normal tidaklah berwarna atau bertekstur seperti susu.
    Di sepanjang bulan, cairan vagina pun mungkin akan terus berubah, seperti yang tadinya bertekstur cair menjadi berlendir dan mulur seperti putih telur, atau mengandung gumpalan putih. Jika cairan vagina Anda pun demikian, jangan khawatir karena seluruh kondisi tersebut sangatlah normal! Bahkan, cairan vagina sejatinya sangat penting untuk dikeluarkan guna menjaga kesehatan vagina Anda. Jika menemukan adanya cairan vagina yang abnormal, segeralah mengonsultasikannya kepada dokter untuk mendapatkan rekomendasi pengobatan yang tepat. Beberapa contoh cairan vagina yang abnormal:[10]
    • Cairan vagina yang putih, kental, dan bertekstur menyerupai keju—Biasanya, jenis cairan tersebut mengindikasikan terjadinya infeksi ragi. Dalam beberapa kondisi, infeksi ragi pada vagina mungkin juga disertai dengan rasa gatal atau pembengkakan di sekitar vulva.
    • Cairan vagina berwarna keputihan, kekuningan, atau keabuan—Jika disertai oleh aroma yang amis, jenis cairan vagina tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi tersebut mungkin juga disertai dengan rasa gatal dan pembengkakan.
    • Cairan vagina berwarna kekuningan atau kehijauan—Mungkin merupakan gejala trichomoniasis, yang umumnya ditularkan melalui penetrasi seksual.
    • Cairan vagina berwarna kecokelatan atau bercampur dengan darah—Mungkin disebabkan oleh siklus haid yang tidak teratur, tetapi juga mungkin disebabkan oleh kanker serviks, terutama jika disertai dengan nyeri pada pelvis.
    • Cairan vagina berwarna kuning dan buram—Mungkin merupakan gejala gonore.
    • Kepada dokter, konsultasikan berbagai faktor yang dapat memengaruhi warna, aroma, dan tekstur cairan vagina, seperti kehamilan, menggunakan pil pengontrol kehamilan, atau mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Metode 9
Metode 9 dari 9:

Lakukan pengobatan medis untuk mengatasi infeksi.

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Infeksi merupakan salah satu penyebab paling lazim dari keluarnya cairan vagina yang abnormal.
    Jika Anda menerima diagnosis infeksi vaginal, cobalah mengobatinya dengan obat antijamur seperti butoconazole, clotrimazole, miconazole, dan tioconazole. Umumnya, obat-obatan antijamur dikemas dalam bentuk krim, salep, atau pil yang bisa diresepkan oleh dokter.[11]
    • Infeksi bakteri umumnya bisa diobati dengan antibiotik seperti clindamycin dan metronidazole.

Peringatan

  • Jika Anda menyadari adanya perubahan pada warna, aroma, dan/atau tekstur cairan vagina, segeralah memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.[12]

Tentang How.com.vn ini

How.com.vn Bahasa Indonesia: Staf How.com.vn
Disusun bersama :
Staf Penulis How.com.vn
Artikel ini disusun oleh tim penyunting terlatih dan peneliti yang memastikan keakuratan dan kelengkapannya.

Tim Manajemen Konten How.com.vn memantau hasil penyuntingan staf kami secara saksama untuk menjamin artikel yang berkualitas tinggi. Artikel ini telah dilihat 48.290 kali.
Halaman ini telah diakses sebanyak 48.290 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?