Pengangguran

diskusi kelompok dari materi pengangguran

Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.

Dua orang pekerja bangunan yang menganggur menunggu pekerjaan di sekitar Katedral Metropolitan Kota Meksiko.

Umumnya pengangguran disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada serta mampu menyerapnya. Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Pencarian kerja adalah proses mencocokkan pekerja dengan pekerjaan yang sesuai.

Statistik pengangguran sunting

Tingkat pengangguran adalah persentase mereka yang ingin bekerja, namun tidak memiliki pekerjaan. Tingkat pengangguran diperoleh melalui survei terhadap ribuan rumah tangga. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya produk nasional bruto (PNB, GNP) dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau keengganan untuk menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk dirinya sendiri atau memang tidak memungkinkan untuk mendapatkan lapangan kerja atau tidak memungkinkan untuk menciptakan lapangan kerja. Sebenarnya, kalau seseorang menciptakan lapangan kerja, menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk diri sendiri akan berdampak positif untuk orang lain juga, misalnya dari sebagian hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk membantu orang lain walau sedikit saja. Pada perekonomian yang maju, sebagian besar orang yang menjadi pengangguran memperoleh pekerjaan dalam waktu singkat. Meskipun demikian, sebagian besar pengangguran yang diamati dalam periode tertentu dapat disebabkan oleh sekelompok orang yang tidak bekerja untuk waktu yang lama.[1]

Jenis pengangguran sunting

Pengangguran dibedakan menjadi dua macam yaitu berdasarkan sumber dan penyebabnya dan berdasarkan cirinya. Berdasarkan sumber dan penyebabnya, pengangguran dapat dibedakan menjadi:[2]

  1. Pengangguran normal/friksional.[2] Merupakan pengeluaran yang disebabkan kesenjangan waktu, informasi lowongan, kondisi geografis dan dokumen dan keinginan pencari kerja memperoleh pekerjaan lebih baik.
  2. Pengangguran siklikal[2]
  3. Pengangguran struktural.[2] Yaitu pengangguran yang tidak memenuhi persyaratan kerja akibat perubahan struktur dan cara kegiatan ekonomi sebagai dampak perkembangan ekonomi.
  4. Pengangguran teknologi[2]

Sedangkan menurut cirinya, pengangguran dapat dibedakan menjadi:[3]

Pengangguran terbuka sunting

Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadi karena pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan.[2][3]

Menurut BPS, pengangguran terbuka terdiri atas:

  1. Penduduk yang sedang mencari pekerjaan[2]
  2. Penduduk yang sedang mempersiapkan usaha[2]
  3. Penduduk yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan[2]
  4. Penduduk yang sudah punya pekerjaan[2]

Pengangguran tersembunyi sunting

Pengangguran tersembunyi (terselubung) adalah pengangguran yang terjadi karena penambahan pada tenaga kerja yang dilakukan tidak menghasilkan penambahan yang berarti pada tingkat produksi.[2][3] atau angkatan kerja yang sudah bekerja, tetapi tidak bekerja secara optimal.

Pengangguran musiman sunting

Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena adanya pergantian musim (musim tanam dan musim panen) biasanya terjadi pada sektor perikanan dan pertanian.[2][3]

Setengah menganggur sunting

Setengah menganggur terjadi akibat migrasi dari desa ke kota sangat pesat sehingga tidak semua orang memperoleh pekerjaan dengan mudah, sebagian menjadi penganggur sepenuh waktu, ada pula yang tidak menganggur tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu dan jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari seminggu.[2][3] Setengah menganggur yaitu tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu.

Penyebab dan dampak pengangguran sunting

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Selain itu kurangnya informasi dimana pencari kerja tidak memiliki akses untuk mencari informasi tentang perusahaan yang kekurangan tenaga kerja dan kurangnya keahlian yang dimiliki oleh pencari kerja serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap peningkatan softskiil pencari kerja menjadi penyebab tingginya angka pengangguran di Indonesia.[4]

Tingginya angka pengangguran berdampak buruk bagi perekonomian, seperti rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, rendahnya produktivitas dan pendapatan masyarakat, menurunnya tingkat investasi, memacu tindak kriminalitas akibat naiknya angka kemiskinan, terganggunya stabilitas ekonomi, sosial, politik, dan mengurangi penerimaan negara, serta menurunnya tingkat pajak penghasilan sehingga proses pembangunan ekonomi nasional terhambat. Apabila hal-hal tersebut dibiarkan maka pengangguran dapat menjadi masalah sosial, seperti timbulnya kemiskinan, tingginya angka kejahatan,dan masalah sosial lainnya.[5]

Peringkat negara berdasar tingkat pengangguran sunting

Ranking
berdasarkan
entitas
EntitasTingkat
pengangguran
(%)
Sumber / tanggal dari
informasi
1 Andorra0.00perkiraan 1996.
1 Monako0.002005
1 Pulau Norfolk (Australia)0.00
4 Guernsey (Britania Raya)0.90Maret 2006 est.
5 Azerbaijan1.20perkiraan 2006 .
6 Islandia1.30perkiraan 2006 .
6 Liechtenstein1.30September 2002
8 Pulau Man (Britania Raya)1.50perkiraan Desember 2006
9 Belarus1.602005
10 Vanuatu1.701999
11 Kuba1.90perkiraan 2006 .
12 Gibraltar (Britania Raya)2.00perkiraan 2001 .
12 Kiribati2.00perkiraan 1992.
12 Vietnam2.00perkiraan 2006.
12 Papua Nugini2.002004
16 Bermuda2.10perkiraan 2004.
16 Thailand2.10perkiraan 2006.
16 Kepulauan Faroe (Denmark)2.102006
19 Jersey (Britania Raya)2.20perkiraan 2006.
19 Kuwait2.20perkiraan 2004.
21 Uni Emirat Arab2.402001
21 Laos2.40perkiraan 2005.
23 Bangladesh2.50perkiraan 2006.
23 Bhutan2.502004
23 Kamboja2.50perkiraan 2000.
26 Singapura2.70perkiraan 2006.
26 Ukraina2.702006
28 Britania Raya2.90perkiraan 2006.
29 Uzbekistan3.002006
30 Guatemala3.20perkiraan 2005.
30 Qatar3.20perkiraan 2006.
30 Meksiko3.20perkiraan 2006.
33 Korea Selatan3.30perkiraan Desember 2006 .
33 Mongolia3.302005
33 Swiss3.30perkiraan 2006.
36 Malaysia3.50perkiraan 2006.
36 Norwegia3.50perkiraan 2006.
38 Kepulauan Virgin Britania Raya (Britania Raya)3.601997
39 Lithuania3.70perkiraan 2006.
40 Denmark3.80perkiraan 2006.
41 Nikaragua3.80perkiraan 2006.
42 Selandia Baru3.80perkiraan 2006.
43 San Marino3.802004
44 Kepulauan Mariana Utara (Amerika Serikat)3.902001
45 Taiwan3.90perkiraan 2006.
46 Brunei Darussalam4.002006
47 Jepang4.10perkiraan 2006.
48 Makau (Tiongkok)4.102005
49 Luksemburg4.10perkiraan 2006.
50 China4.202005
51 Palau4.20perkiraan 2005.
52 Irlandia4.30perkiraan 2006
53 Kepulauan Cayman (Britania Raya)4.402004
54 Estonia4.502006
55 Saint Kitts dan Nevis4.501997
56 Amerika Serikat4.80perkiraan 2006.
57 Australia4.90perkiraan 2006.
58 Austria4.90perkiraan 2006.
59 Hong Kong (Tiongkok)4.90perkiraan 2006.
60 Namibia5.30perkiraan 2006.
61 Siprus5.50
62 Belanda5.50perkiraan 2006.
63 Siprus5.60
64 Swedia5.60perkiraan 2006.
65 Nigeria5.80perkiraan 2006.
66 El Salvador6.00perkiraan 2006.
67 Montserrat (Britania Raya)6.00perkiraan 1998.
68 Romania6.10perkiraan 2006.
69 Kepulauan Virgin (Amerika Serikat)6.202004
70 Kanada6.40perkiraan 2006.
71 Latvia6.50perkiraan Desember 2006.
72 Pakistan6.50perkiraan 2006.
73 Kosta Rika6.60perkiraan 2006.
74 Rusia6.60perkiraan 2006.
75 Italia6.80perkiraan 2006.
76 Malta6.80perkiraan 2005.
77 Aruba (Belanda)6.90perkiraan 2005
78 Finlandia7.00perkiraan 2006.
79 Trinidad dan Tobago7.00perkiraan 2006.
80 Jerman7.10perkiraan 2006.
81 Peru7.20perkiraan 2006.
82 Moldova7.30perkiraan 2005.
83 Armenia7.40perkiraan November 2006.
84 Kazakhstan7.40perkiraan 2006.
85 Hungaria7.40perkiraan 2006 .
86 Sri Lanka7.60perkiraan 2006.
87 Portugal7.60perkiraan 2006
88 Israel7.60perkiraan Januari 2007.
89 Fiji7.601999
90 Maroko7.70perkiraan 2006 .
91 Bolivia7.80perkiraan 2006 .
92 India7.80perkiraan 2006 .
93 Chili7.802006
94 Filipina7.90perkiraan 2006.
95 Anguilla (Britania Raya)8.002002
96 Republik Afrika Tengah8.00perkiraan 2001 .
97 Belgia8.10perkiraan 2006.
98 Spanyol8.10perkiraan Oktober 2006.
99 Ceko8.40perkiraan 2006 .
Uni Eropa8.50perkiraan 2006 .
100 Prancis8.70perkiraan Desember 2006 .
101 Panama8.80perkiraan 2006.
102 Venezuela8.90perkiraan Oktober 2006 .
103 Yunani9.20perkiraan 2006 .
104 Greenland (Denmark)9.30perkiraan 2005 .
105 Belize9.402006
106 Paraguay9.40perkiraan 2005.
107 Mauritius9.40perkiraan 2006 .
108 Suriname9.502004
109 Brasil9.60perkiraan 2006 .
110 Bulgaria9.60perkiraan 2006 .
111 Slovenia9.60perkiraan 2006 .
112 Kepulauan Turks dan Caicos (Britania Raya)10.00perkiraan 1997.
113 Argentina10.20perkiraan kuartal ketiga, 2006 .
114 Turki10.20perkiraan 2006.
115 Slowakia10.20perkiraan 2006.
116 Myanmar10.20perkiraan 2006.
117 Bahama10.20perkiraan 2005 .
118 Mesir10.30perkiraan 2006.
119 Saint Pierre dan Miquelon (Prancis)10.301999
120 Ekuador10.60perkiraan 2006.
121 Barbados10.70perkiraan 2003 .
122 Uruguay10.80perkiraan 2006.
123 Antigua dan Barbuda11.00perkiraan 2001 .
124 Kolombia11.10perkiraan 2006.
125 Jamaika11.30perkiraan 2006 .
126 Guam (Amerika Serikat)11.40perkiraan 2002 .
127 Polinesia Prancis (Prancis)11.702005
128 Niue (Selandia Baru)12.002001
129 Tajikistan12.00perkiraan 2004.
130 Puerto Riko (Amerika Serikat)12.002002
131 Grenada12.502000
132 Suriah12.50perkiraan 2005 .
133 Indonesia12.50perkiraan 2006 .
134 Georgia12.60perkiraan 2004.
135 Pantai Gading13.001998
136 Arab Saudi13.00perkiraan 2004 .
137 Tonga13.00perkiraan Tahun anggaran 03/04 .
138 Kepulauan Cook (Selandia Baru)13.102005
139 Albania13.80perkiraan September 2006 .
140 Tunisia13.90perkiraan 2006 .
141 Saint Helena (Britania Raya)14.00perkiraan 1998.
142 Mali14.60perkiraan 2001.
143 Polandia14.90perkiraan November 2006.
144 Bahrain15.00perkiraan 2005 .
145 Oman15.00perkiraan 2004 .
146 Iran15.00perkiraan 2007 .
147 Saint Vincent dan Grenadines15.00perkiraan 2001.
148 Wallis and Futuna (Prancis)15.202003
149 Yordania15.40perkiraan 2006 .
150 Aljazair15.70perkiraan 2006.
151 Republik Dominika16.00perkiraan 2006.
152 Antillen Belanda (Belanda)17.00perkiraan 2002.
153 Kaledonia Baru (Prancis)17.102004
154 Kroasia17.20perkiraan 2006 .
155 Kirgizstan18.00perkiraan 2004.
156 Sudan18.70perkiraan 2002 .
157 Komoro20.00perkiraan 1996 .
158 Ghana20.00perkiraan 1997.
159 Lebanon20.00perkiraan 2006.
160 Saint Lucia20.00perkiraan 2003.
161 Mauritania20.00perkiraan 2004.
162 Jalur Gaza20.302005
163 Tepi Barat (Israel)20.302005
164 Tanjung Verde21.00perkiraan 2000.
165 Gabon21.00perkiraan 1997.
166 Mozambik21.00perkiraan 1997.
167 Mikronesia22.00perkiraan 2000.
168 Dominika23.00perkiraan 2000
169 Botswana23.802004
170 Irak25.00perkiraan 2005 .
171 Mayotte (Prancis)25.402005
172 Afrika Selatan25.50perkiraan 2006.
173 Montenegro27.702005
174 Honduras27.90perkiraan 2006.
175 Samoa Amerika (Amerika Serikat)29.802005
176 Kamerun30.00perkiraan 2001.
177 Guinea Khatulistiwa30.00perkiraan 1998 .
178 Libya30.00perkiraan 2004 .
Bumi30.00perkiraan 2006.
179 Kepulauan Marshall30.90perkiraan 2000.
180 Serbia31.60perkiraan 2005 .
181 Yaman35.00perkiraan 2003.
182 Makedonia36.00perkiraan September 2006 .
183 Afganistan40.00perkiraan 2005 .
184 Swaziland40.00perkiraan 2006.
185 Kenya40.00perkiraan 2001.
186 Nepal42.00perkiraan 2004 .
187 Lesotho45.002002
188 Bosnia and Herzegovina45.50perkiraan 31 Desember 2004 .
189 Senegal48.00perkiraan 2001 .
190 Djibouti50.00perkiraan 2004 .
191 Zambia50.00perkiraan 2000.
192 Timor Leste50.00perkiraan 2001
193 Kepulauan Cocos (Keeling) (Australia)60.00perkiraan 2000
194 Turkmenistan60.00perkiraan 2004
195 Zimbabwe80.00perkiraan 2005
196 Liberia85.00perkiraan 2003
197 Nauru90.00perkiraan 2004

Kebijakan-kebijakan pengangguran sunting

Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut:

Cara mengatasi pengangguran struktural sunting

Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah:

  • Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
  • Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
  • Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
  • Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.

Cara mengatasi pengangguran friksional sunting

Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:

  • Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
  • Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
  • Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
  • Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
  • Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.

Cara mengatasi pengangguran musiman sunting

Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut:

  • Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain.
  • Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.

Cara mengatasi pengangguran siklis sunting

Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut:

  • Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.
  • Meningkatkan daya beli masyarakat.[6]

Referensi sunting

  1. ^ Mankiw, G., Quah, E. & Wilson, P. (2013). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat ISBN 978-981-4384-85-8
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m Edyson Susanto, Eny Rochaida, Yana Ulfah (2017). "Pengaruh Inflasi dan Pendidikan Terhadap Pengangguran dan Kemiskinan". Inovasi. 13 (1): 21. ISSN 0216-7786. 
  3. ^ a b c d e Trianggono Budi Hartanto, Siti Umajah Masjkuri. "Analsis Pengaruh Jumla Penduduk, Pendidikan, Upah Minimum dan Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014". Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan. 2 (1): 3. ISSN 2541-1470. 
  4. ^ Riska Franita (2016). "Analisa Pengangguran di Indonesia". Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial). 1: 89-90. ISSN 2541-657X. 
  5. ^ Trianggono Budi Hartanto, Siti Umajah Masjkuri (2017). "Analsis Pengaruh Jumlah Penduduk,Pendidikan, Upah Minimum dan Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) Terhadap Jumlah Pengagguran di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014". 2 (1): 1. ISSN 2541-1470. 
  6. ^ Pujianto, Andi (2020-08-10). "Cara Mengatasi Pengangguran Berdasarakan Ilmu Ekonomi". Akuntansi Pendidik. Diakses tanggal 2020-08-10. 

Pranala luar sunting