Unduh PDFUnduh PDF

Meski tidak semudah membalikkan telapak tangan, setiap pasien yang baru saja melalui proses operasi harus mengeluarkan urine. Sayangnya, efek anastesi yang bertujuan merelakskan otot kandung kemih sering kali membuat pasien kesulitan melakukannya. Hati-hati, urine yang tidak segera dikeluarkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan baru seperti retensi urine. Itulah mengapa, dokter kerap memberikan bantuan berupa kateter untuk mengosongkan kandung kemih pasien. Apakah sebentar lagi Anda harus melakukan operasi? Untuk memudahkan proses buang air kecil pascaoperasi, cobalah berkonsultasi dengan dokter dan pastikan Anda terus bergerak aktif serta merelakskan kondisi kandung kemih setelah operasi. Jika ada, sampaikan pula berbagai masalah pascaoperasi yang Anda alami kepada dokter!

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Mengelola Masalah Pascaoperasi

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Kosongkan kandung kemih menjelang operasi.
    Cara lain untuk memudahkan Anda buang air kecil pascaoperasi adalah mengosongkan kandung kemih sebelum dibius. Sebisa mungkin, kencinglah sedekat mungkin dengan waktu pembiusan karena sisa urine di kandung kemih, sesedikit apa pun itu, dapat menyulitkan Anda untuk buang air kecil setelah operasi.[1]
    • Pahamilah bahwa pasien perlu mengeluarkan setidaknya 250 cc urine dalam waktu empat jam setelah operasi. Meski demikian, beberapa orang bisa mengeluarkan sekitar 1.000-2.000 cc urine dalam jangka waktu yang sama.
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Pahami risiko yang Anda miliki.
    Beberapa orang lebih berisiko mengalami kesulitan buang air kecil pascaoperasi, terutama jika mereka mengonsumsi obat-obatan tertentu. Oleh karena itu, pastikan Anda mengonsultasikan seluruh obat-obatan yang sedang dikonsumsi kepada dokter menjelang operasi! Beberapa faktor risiko lain yang patut Anda pertimbangkan:[2]
    • Berusia di atas 50 tahun.
    • Berjenis kelamin pria, terutama jika Anda juga mengalami pembengkakan prostat.
    • Berada di bawah pengaruh anestesi dalam waktu yang lama.
    • Menerima cairan intravena dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya.
    • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan trisiklik, beta-blocker, relaksan otot, obat kandung kemih, atau obat-obatan lain yang mengandung efedrina.[3]
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Lakukan olahraga lantai...
    Lakukan olahraga lantai untuk melatih otot pelvis. Untuk wanita, melakukan olahraga yang mampu melatih otot pelvis seperti senam kegel memiliki manfaat yang tidak perlu diragukan lagi. Sehubungan dengan kemudahan buang air kecil, melakukan latihan tersebut ampuh memperkuat otot yang digunakan wanita saat buang air kecil. Alhasil, Anda pun dapat lebih mudah mengontrol pergerakan kandung kemih dan mengeluarkan urine setelahnya.[4]
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Ubah pola makan...
    Ubah pola makan Anda menjelang operasi. Metode ini terutama wajib dilakukan untuk Anda yang mengalami konstipasi. Ingat, seseorang yang mengalami konstipasi kemungkinan besar juga akan mengalami retensi urine. Agar potensi risiko sedikit berkurang, pastikan Anda mengonsumsi air putih sebanyak-banyaknya selama beberapa minggu menjelang operasi. Pastikan Anda juga menyantap makanan berserat, memperbanyak konsumsi buah plum kering, menghindari makanan olahan, serta memperbanyak olahraga dan meningkatkan aktivitas fisik.[5]
    • Buah-buahan dan sayuran adalah dua contoh makanan yang kaya akan serat. Oleh karena itu, jangan ragu mengonsumsi buah-buahan nan lezat seperti apel atau berry, serta sayuran berdaun hijau, brokoli, wortel, dan kacang-kacangan.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Mendorong Pengeluaran Urine Pascaoperasi

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Bergeraklah secara aktif.
    Semakin aktif pergerakan Anda pascaoperasi, semakin besar pula kemungkinan tubuh untuk mengeluarkan urine. Jika diizinkan oleh dokter, jangan ragu meluangkan waktu untuk berjalan kaki atau duduk dan berdiri secara bergantian. Tindakan tersebut ampuh menstimulasi dan mengembalikan posisi kandung kemih sehingga memudahkan tubuh untuk mengeluarkan urine.[6]
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Pastikan Anda buang air kecil setiap beberapa jam.
    Tidak buang air kecil selama empat jam atau lebih dapat menimbulkan masalah kandung kemih dan semakin menyulitkan Anda untuk buang air kecil di masa yang akan datang. Oleh karena itu, setelah operasi, berusahalah untuk selalu buang air kecil setiap dua sampai tiga jam.[7]
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Nyalakan keran.
    Jika kesulitan buang air kecil, cobalah menyalakan keran. Terkadang, suara air yang mengalir dari keran dapat menstimulasi otak untuk mengirimkan sinyal yang positif ke kandung kemih. Jika suara air yang mengalir tak kunjung membantu, cobalah menuangkan sedikit air ke perut Anda.[8]
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Untuk pria, cobalah buang air kecil sambil duduk.
    Jika kesulitan buang air kecil pascaoperasi, cobalah melakukannya sambil duduk alih-alih berdiri. Terkadang, merelakskan kandung kemih ampuh mendorongnya mengeluarkan urine sehingga metode ini layak untuk Anda coba.[9]
  5. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 5 Berendamlah dengan air hangat, jika memungkinkan.
    Berendam air hangat ampuh merelakskan otak, tubuh, dan kandung kemih, sehingga memudahkan Anda untuk buang air kecil setelahnya. Beberapa orang bahkan mengeluarkan urine dengan sendirinya di dalam bak mandi setelah operasi. Jika situasi tersebut juga terjadi kepada Anda, jangan khawatir karena salah satu tindakan pascaoperasi yang wajib dilakukan pasien adalah mengeluarkan urine.[10]
    • Tambahkan beberapa tetes minyak pepermin ke dalam bak mandi atau menyalakan lilin aromaterapi untuk menemani kegiatan berendam Anda. Mencium aroma minyak pepermin dapat memudahkan Anda untuk buang air kecil, lho!
    • Ingat, tidak semua pasien memiliki opsi untuk berendam sebelum mengeluarkan urine. Jika dokter meminta Anda untuk buang air kecil sebelum meninggalkan rumah sakit, artinya Anda tidak akan memiliki waktu untuk berendam.
  6. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 6 Jangan mengonsumsi terlalu banyak cairan untuk memperlancar proses buang air kecil.
    Meski tubuh harus tetap terhidrasi pascaoperasi, sebaiknya jangan mengonsumsi terlalu banyak cairan untuk memudahkan proses buang air kecil. Hati-hati, kandung kemih yang terlalu penuh justru dapat mengakibatkan masalah kesehatan lain! Alih-alih, minum air secukupnya dan biarkan dorongan untuk buang air kecil muncul dengan sendirinya.[11]
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Menyikapi Masalah Kandung Kemih Pascaoperasi

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Pahami gejala gangguan kandung kemih.
    Oleh karena efek anestesi masih tertinggal, kemungkinan besar Anda akan mengalami gangguan kandung kemih pascaoperasi. Misalnya, Anda akan merasa kesulitan buang air kecil, merasa tidak tuntas setiap kali buang air kecil, atau harus mengejan untuk mengeluarkan urine. Kemungkinan lainnya, jumlah urine yang keluar sangat sedikit dan tidak sebanding dengan keinginan urinasi Anda. Waspadalah karena seluruhnya merupakan gejala gangguan kandung kemih atau masalah kesehatan lainnya.[12]
    • Jika mengalami infeksi kandung kemih, kemungkinan besar Anda akan mengeluarkan urine dalam jumlah sedikit tetapi sering. Biasanya, urine akan terlihat berkabut dan berbau menyengat.
    • Jika mengalami retensi urine, perut bawah Anda akan terasa penuh atau keras dan sakit saat ditekan. Meski keinginan untuk buang air kecil sangat besar, biasanya Anda tetap tidak akan bisa melakukannya.
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Segera hubungi dokter atau perawat jika mengalami kesulitan buang air kecil pascaoperasi.
    Setelahnya, kemungkinan besar mereka akan melakukan ultrasonografi atau mengecek ada atau tidaknya rasa sakit di area kandung kemih. Jika dianggap perlu, mereka akan memasang kateter untuk mengeluarkan urine Anda sampai Anda bisa buang air kecil sendiri.[13]
    • Lantas bagaimana jika Anda langsung pulang ke rumah setelah operasi? Jika situasinya demikian, pastikan Anda buang air kecil dalam waktu empat jam setelah operasi untuk membuang cairan yang masuk ke tubuh saat operasi berlangsung. Jika dalam waktu 4-6 jam Anda tidak bisa buang air kecil, segeralah menghubungi dokter.
    • Frekuensi penggunaan kateter sangatlah bergantung pada kondisi urinasi Anda.
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Pantau pola urinasi Anda.
    Selama beberapa hari setelah operasi, cobalah mengontrol frekuensi buang air kecil dan kadar urine yang Anda keluarkan. Pantau pula jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh dan bandingkan dengan cairan yang keluar melalui urine. Pahami pula perasaan Anda saat akan buang air kecil. Apakah Anda selalu ingin buang air kecil tetapi kesulitan mengeluarkannya? Apakah Anda harus mengejan untuk mengeluarkan urine? Apakah Anda selalu merasa tidak tuntas setiap kali buang air kecil? Apakah kencing Anda berbau tajam dan menyengat? Analisis pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mendeteksi potensi infeksi kandung kemih atau gangguan kesehatan lainnya.
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Konsumsi obat-obatan yang tepat.
    Sejatinya, dokter bisa meresepkan obat-obatan untuk memudahkan Anda buang air kecil pascaoperasi. Biasanya, obat-obatan tersebut ditujukan untuk berinteraksi dengan bagian otak yang bertugas mengontrol urinasi dan melawan efek anestesi. Alhasil, Anda pun dapat lebih mudah mengeluarkan urine setelahnya.[14]
    • Obat-obatan alpha-blocker atau alpha-inhibitor (inhibitor alfa) mungkin dapat diresepkan oleh dokter untuk membantu Anda.
    Iklan

Peringatan

  • Jika empat jam setelah operasi kandung kemih Anda terasa penuh tetapi sayangnya Anda tetap tidak bisa buang air kecil, segeralah menghubungi dokter. Hati-hati, Anda bisa mengalami gagal jantung ringan jika terlalu lama mengabaikannya!
Iklan

Tentang How.com.vn ini

How.com.vn Bahasa Indonesia: Robert Dhir, MD
Disusun bersama :
Dokter Spesialis Urologi dan Bedah Urologi Besertifikasi
Artikel ini disusun bersama Robert Dhir, MD. Dr. Robert Dhir adalah Urolog, dokter bedah urologi, dan pendiri HTX Urology di Houston, Texas. Dengan lebih dari 10 tahun pengalaman, kepakaran Dr. Dhir mencakup penangan invasif minimal untuk pembesaran prostat (UroLift), penyakit kencing batu, manajemen bedah kanker urologis, dan kesehatan pria (disfungsi ereksi, kadar testoteron yang rendah, dan infertilitas). Praktik medisnya bernama Center of Excellence untuk prosedur UroLift, dan merupakan pelopor prosedur nonbedah untuk ED dengan menggunakan Terapi Gelombang yang telah dipatenkan atas namanya. Dia mendapatkan gelar sarjana dan medis dari Georgetown University dan mendapatkan penghargaan dalam studi pramedis, urologi, orthopedi, dan mata. Dr. Dhir bertugas sebagai kepala residen selama mengikuti program residensi bedah urologi di University of Texas at Houston / MD Anderson Cancer Center selain menyelesaikan program magang di bedah umum. Dr. Dhir terpilih sebagai Top Doctor in Urology tahun 2018-2019, salah satu dari tiga Best Rated Urologists pada 2019 & 2020 di Houston Texas, dan Texas Monthly memasukkannya ke dalam daftar 2019 & 2020 Texas Super Doctors Rising Stars. Artikel ini telah dilihat 30.739 kali.
Daftar kategori: Kesehatan Kemih
Halaman ini telah diakses sebanyak 30.739 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

⚠️ Disclaimer:

Content from Wiki How Bahasa Indonesia language website. Text is available under the Creative Commons Attribution-Share Alike License; additional terms may apply.
Wiki How does not encourage the violation of any laws, and cannot be responsible for any violations of such laws, should you link to this domain, or use, reproduce, or republish the information contained herein.

Notices:
  • - A few of these subjects are frequently censored by educational, governmental, corporate, parental and other filtering schemes.
  • - Some articles may contain names, images, artworks or descriptions of events that some cultures restrict access to
  • - Please note: Wiki How does not give you opinion about the law, or advice about medical. If you need specific advice (for example, medical, legal, financial or risk management), please seek a professional who is licensed or knowledgeable in that area.
  • - Readers should not judge the importance of topics based on their coverage on Wiki How, nor think a topic is important just because it is the subject of a Wiki article.

Iklan