Muhammad
Penyuntingan Artikel oleh pengguna baru atau anonim untuk saat ini tidak diizinkan. Lihat kebijakan pelindungan dan log pelindungan untuk informasi selengkapnya. Jika Anda tidak dapat menyunting Artikel ini dan Anda ingin melakukannya, Anda dapat memohon permintaan penyuntingan, diskusikan perubahan yang ingin dilakukan di halaman pembicaraan, memohon untuk melepaskan pelindungan, masuk, atau buatlah sebuah akun. |
Artikel ini perlu dikembangkan dari artikel terkait di Wikipedia bahasa Inggris. (Juli 2023) klik [tampil] untuk melihat petunjuk sebelum menerjemahkan.
|
Muhammad[a] (bahasa Arab: مُحَمَّد; ca 570 – 8 Juni 632 M)[b] adalah seorang pemimpin agama, sosial, politik dan pendiri dari agama Islam.[c] Menurut keyakinan umat Islam, dia adalah nabi yang diberikan wahyu ilahi untuk memberitakan dan meneguhkan prinsip monoteistis dalam ajaran Adam, Ibrahim (Abraham), Musa, Isa, dan Nabi lainnya. [2][3][4] Dia diyakini sebagai Penutup Para Nabi dalam Islam. Muhammad menyatukan Jazirah Arab menjadi satu negara di bawah pemerintahan Islam, dengan Al-Qur'an yang menjadi dasar negaranya.
Muhammad | |
---|---|
مُحَمَّد | |
Nama lain |
|
Informasi pribadi | |
Lahir | ca 570 M (53 SH)[1] |
Meninggal | 8 Juni 632 (11 H) (umur 61–62) |
Makam | Kubah Hijau di Masjid Nabawi, Madinah 24°28′03″N 39°36′41″E / 24.46750°N 39.61139°E |
Agama | Islam |
Pasangan | lihat istri-istri Muhammad |
Anak | lihat anak-anak Muhammad |
Orang tua | Abdullah bin Abdul Muthalib (ayah) Aminah binti Wahab (ibu) |
Dikenal sebagai | Pendiri agama Islam |
Kerabat | Silsilah keluarga Muhammad, Ahlulbait ("Keluarga di rumah") |
Nama Arab | |
Pribadi (Ism) | Muḥammad |
Patronimik (Nasab) | Muḥammad bin ʿAbdullāh bin ʿAbdul Muṭālib bin Hāsyim bin ʿAbdu Manāf bin Quṣay bin Kilāb |
Teknonim (Kunyah) | ʾAbul Qāsim |
Julukan (Laqab) | Khātam an-Nabiyyīn (Penutup para nabi) |
Bagian dari seri tentang |
Muhammad |
---|
Muhammad lahir sekitar tahun 570 M di Makkah.[1] Dia adalah anak dari Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab. Ayah Muhammad, Abdullah, adalah putra dari pemimpin konfederasi suku Quraisy, Abdul Muthalib bin Hasyim. Abdullah meninggal beberapa bulan sebelum kelahiran Muhammad, sementara ibunya, Aminah meninggal ketika dia berusia enam tahun, meninggalkan Muhammad sebagai yatim piatu.[5] Dia dibesarkan di bawah asuhan kakeknya, Abdul Muthalib, dan setelah kakeknya meninggal dunia, ia diasuh pamannya, Abu Thalib.[6] Di tahun-tahun berikutnya, dia secara berkala mengasingkan diri di gua Hira selama beberapa malam untuk berdoa. Ketika dia berusia 40 tahun, sekitar tahun 610 M, Muhammad melaporkan telah dikunjungi oleh Jibril di dalam gua[1] dan menerima wahyu pertamanya dari Tuhan. Pada 613,[7] Muhammad mulai berdakwah secara terbuka,[8] menyatakan bahwa "Tuhan itu Esa", kemudian bawa cara hidup yang benar adalah dengan "menyerahkan diri" (islām) kepada Tuhan,[9] dan bahwa dia sekarang adalah seorang nabi dan utusan Tuhan, mirip dengan nabi dalam agama-agama Abrahamik.[10][11][12]
Pengikut Muhammad awalnya hanya berjumlah sedikit, dan bahkan mengalami penindasan selama 13 tahun. Muhammad kemudian memutuskan untuk mengirim beberapa pengikutnya ke Abyssinia pada tahun 615, sebelum dia dan para pengikutnya bermigrasi dari Makkah ke Yatsrib (kemudian dikenal sebagai Madinah) pada tahun 622. Peristiwa ini, yang disebut sebagai Hijrah, menandai awal dari kalender Islam, yang juga dikenal sebagai Kalender Hijriah. Di Madinah, Muhammad menyatukan suku-suku di bawah Konstitusi Madinah. Pada bulan Desember 629, setelah delapan tahun saling berperang dengan dengan suku-suku Makkah, Muhammad mengumpulkan 10.000 tentara Muslim dan menaklukkan Makkah. Penaklukan itu hampir tidak menghadapi perlawanan sama sekali dan Muhammad merebut kota itu hanya dengan sedikit pertumpahan darah. Pada tahun 632, beberapa bulan setelah kembali dari Ziarah Perpisahan, dia jatuh sakit dan meninggal. Pada saat kematiannya, sebagian besar Jazirah Arab telah masuk Islam.[13][14]
Muhammad menerima wahyu sampai kematiannya, semua wahyu tersebut membentuk ayat-ayat di dalam Al-Qur'an, yang dianggap oleh umat Islam sebagai "Firman Tuhan" dan telah menjadi dasar agama Islam. Selain Al-Qur'an, ajaran dan praktik Muhammad (sunnah) dapat ditemukan di dalam literatur Hadis dan sirah (biografi Muhammad) dan juga menjadi sumber utama hukum Islam.
Nama
Muhammad (محمد;[15] pelafalan [mʊħɑmmæd] ⓘ)[16][17][18] adalah bentuk isim maf‘ul (kata sifat pelaku pasif) dari kata حمَّد "banyak memuji", yang merupakan bentuk penegasan dari akar kata tiga hurufnya ح-م-د ḥ-m-d yang lawan katanya adalah ذم "mencela", sehingga muhammad berarti "yang banyak dipuji".[19] Selain itu, dalam salah satu ayat Al-Qur'an, Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad" (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".[20]
Sebelum masa kenabian, kerap dipanggil oleh orang-orang disekitarnya Al-Amiin yang artinya "orang yang dapat dipercaya". Para sejarawan berbeda pendapat apakah nama itu merupakan julukan yang diberikan karena sifatnya,[21] atau hanyalah nama pemberian orang tua-nya yang merupakan bentuk maskulin dari nama ibunya, “Aminah” yang bermakna sama.[22] Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (رسول الله), kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah namanya.[d] Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim[28] yang berarti "Ayahnya Qasim", karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.
Genealogi
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[29] Silsilah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Adnan secara umum diyakini adalah keturunan dari Ismail bin Ibrahim, yang selanjutnya adalah keturunan Sam bin Nuh.[butuh rujukan]
Walaupun demikian, terdapat sejarawan yang menyusun silsilah yang lebih jauh lagi. Muhammad bin Ishaq bin Yasar al-Madani, di salah satu riwayatnya menyebutkan silsilah hingga Adam. Silsilah tersebut adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih (Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.[30][31]
Kehidupan
Kelahiran
Para ulama dan penulis sirah sepakat bahwa hari kelahiran Muhammad jatuh pada bulan Rabiul Awal.[32] Muhammad lahir di Makkah, kota bagian selatan Jazirah Arab, sekitar tahun 570, berdekatan dengan Tahun Gajah yang merupakan tahun kegagalan penyerangan Makkah oleh pasukan bergajah di bawah pimpinan Abrahah.[33][34] Pendapat paling mashyur merujuk tanggal 12 Rabiul Awal sebagai hari kelahiran Muhammad. Berdasarkan teks hadis, Muhammad menyebut hari Senin sebagai hari kelahirannya. Penulis sirah Sulaiman Al-Manshurfuri dan ahli astronomi Mahmud Basya dalam penelitiannya melacak hari Senin yang dimaksud bertepatan dengan tanggal 9 Rabiul Awal.
Muhammad berasal dari salah satu klan suku Quraisy yakni Bani Hasyim yang mewarisi silsilah terhormat di Makkah, meskipun tak terpandang karena kekayaannya.[35] Ayahnya, Abdullah meninggal saat Muhammad masih dalam kandungan, enam bulan sebelum kelahiran.[36] Muhammad bayi dibawa tinggal bersama keluarga dusun di pedalaman, mengikuti tradisi perkotaan kala itu untuk memperkuat fisik dan menghindarkan anak dari penyakit perkotaan.[37] Ia diasuh dan disusui oleh Halimah binti Abi Dhuayb di kampung Bani Saad selama dua tahun.[38] Setelah itu, Muhammad kecil dikembalikan untuk diasuh kepada budak Ummu Aiman. Pada usia ke-6, Muhammad kehilangan ibunya, Aminah karena sakit.[38][39] Selama dua tahun berikutnya, kebutuhan Muhammad ditanggung dan dicukupi oleh kakeknya dari keluarga ayah, 'Abd al-Muththalib. Ketika berusia delapan tahun, kakeknya meninggal dan Muhammad berikutnya diasuh oleh pamannya Abu Thalib yang tampil sebagai pemuka Bani Hasyim sepeninggal Abdul Muththalib.[38][40]
Perkenalan dengan Khadijah
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah,[41] begitu pula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Makkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah binti Khuwailid. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab.[butuh rujukan] Reputasi Muhammad membuat Khadijah memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad menikah dengan Khadijah, mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun. Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda.[butuh rujukan] Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana,[butuh rujukan] ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Memperoleh gelar
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".[42]
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan.[butuh rujukan] Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang benar".[butuh rujukan]
Kerasulan
Eskatologi Islam |
---|
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira' sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Makkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan mencari ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut yang senang bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir dengan mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan membacakan surah pertama dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq. Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya, namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:
(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, | اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ | |
(2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. | خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ | |
(3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, | اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ | |
(4) Yang mengajar (manusia) dengan pena. | الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ | |
(5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. | عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ | |
—Quran.com[Al-'Alaq:1-5] |
Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya, diriwayatkan ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian akibat peristiwa yang baru saja dialaminya dan meminta istrinya agar memberinya selimut.
Diriwayatkan pula untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya yang juga seorang Nasrani yaitu Waraqah bin Naufal seorang pendeta yang buta. Waraqah banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Ketika Waraqah wafat, firman Allah tidak datang-datang kepada Nabi Muhammad dalam kurun beberapa waktu. Yang mana membuat ia begitu sedih, sampai-sampai ia beranjak ke gunung tinggi dan mencoba bunuh diri. Namun di saat sesampainya di puncak, sebelum sempat melakukannya, Malaikat Jibril datang untuk meyakinkan ia bahwa ia adalah benar utusan Sang Ilahi. Sehingga ia pun menjadi tenang dan mengurungkan niatnya. Dan ketika selang waktu turunnya ayat kembali menjadi lama, ia pun kembali melakukan hal serupa. Akan tetapi ketika sesampainya di puncak, lagi-lagi Malaikat Jibril datang meyakinkan ia bahwa ia adalah utusan Sang Ilahi.[43][44]
Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama Al-ushaf yang juga dinamakan Al-Qur'an (bacaan).
Sebagian ayat Quran mempunyai tafsir atau pengertian yang izhar (jelas), terutama ayat-ayat mengenai hukum Islam, hukum perdagangan, hukum pernikahan dan landasan peraturan yang ditetapkan oleh Islam dalam aspek lain. Sedangkan sebagian ayat lain yang diturunkan pada Muhammad bersifat samar pengertiannya, dalam artian perlu ada interpretasi dan pengkajian lebih mendalam untuk memastikan makna yang terkandung di dalamnya, dalam hal ini kebanyakan Muhammad memberi contoh langsung penerapan ayat-ayat tersebut dalam interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari, sehingga para pengikutnya mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam berperilaku dan bertata krama dalam kehidupan bermasyarakat.
Mendapatkan pengikut
Selama tiga tahun pertama sejak pengangkatannya sebagai rasul, Muhammad hanya menyebarkan Islam secara terbatas di kalangan teman-teman dekat dan kerabatnya, hal ini untuk mencegah timbulnya reaksi akut dan masif dari kalangan bangsa Arab saat itu yang sudah sangat terasimilasi budayanya dengan tindakan-tindakan amoral, yang dalam konteks ini bertentangan dengan apa yang akan dibawa dan ditawarkan oleh Muhammad. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad pada masa-masa awal adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam yang dekat dengannya di kehidupan sehari-hari, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Setelah sekian lama banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail yang kemudian masuk ke agama yang dibawa Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun atau Yang pertama-tama.
Penyebaran Islam
Sekitar tahun 613 M, tiga tahun setelah Islam disebarkan secara diam-diam, Muhammad mulai melakukan penyebaran Islam secara terbuka kepada masyarakat Makkah, respons yang ia terima sangat keras dan masif. Ini disebabkan karena ajaran Islam yang dibawa olehnya bertentangan dengan apa yang sudah menjadi budaya dan pola pikir masyarakat Makkah saat itu. Pemimpin Makkah Abu Jahal menyatakan bahwa Muhammad adalah orang gila yang akan merusak tatanan hidup orang Makkah. Akibat penolakan keras yang datang dari masyarakat jahiliyyah di Makkah dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin Quraisy yang menentangnya, Muhammad dan banyak pemeluk Islam awal disiksa, dianiaya, dihina, disingkirkan, dan dikucilkan dari pergaulan masyarakat Makkah.
Walau mendapat perlakuan tersebut, ia tetap mendapatkan pengikut dalam jumlah besar. Para pengikutnya ini kemudian menyebarkan ajarannya melalui perdagangan ke negeri Syam, Persia, dan kawasan jazirah Arab. Setelah itu, banyak orang yang penasaran dan tertarik kemudian datang ke Makkah dan Madinah untuk mendengar langsung dari Muhammad, penampilan dan kepribadian baiknya yang sudah terkenal memudahkannya untuk mendapat simpati dan dukungan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini menjadi semakin mudah ketika Umar bin Khattab dan sejumlah besar tokoh petinggi suku Quraisy lainnya memutuskan untuk memeluk ajaran Islam, meskipun banyak juga yang menjadi antipati mengingat saat itu sentimen kesukuan sangat besar di Makkah dan Medinah. Tercatat pula Muhammad mendapatkan banyak pengikut dari negeri Farsi (sekarang Iran), salah satu yang tercatat adalah Salman al-Farisi, seorang ilmuwan asal Persia yang kemudian menjadi sahabat Muhammad.
Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pemeluk Islam selama periode ini mendorong lahirnya gagasan untuk berhijrah (pindah) ke Habsyah (sekarang Ethiopia). Negus atau raja Habsyah, seorang Kristen yang adil, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Makkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Yatsrib, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Makkah.
Hijrah ke Madinah
Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke Makkah untuk beziarah ke Bait Allah atau Ka'bah, mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan dalam kunjungan tersebut. Muhammad melihat ini sebagai peluang untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya ialah sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang yang telah terlebih dahulu memeluk Islam dari Makkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk Islam dan Muhammad dari kekejaman penduduk Makkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke Makkah, mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Makkah untuk berhijrah ke Yastrib dikarenakan situasi di Makkah yang tidak kondusif bagi keamanan para pemeluk Islam. Muhammad akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan berhijrah ke Yastrib pada tahun 622 M.
Mengetahui bahwa banyak pemeluk Islam berniat meninggalkan Makkah, masyarakat jahiliyah Makkah berusaha mengcegahnya, mereka beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yastrib, Muhammad akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah yang jauh lebih luas. Setelah selama kurang lebih dua bulan ia dan pemeluk Islam terlibat dalam peperangan dan serangkaian perjanjian, akhirnya masyarakat Muslim pindah dari Makkah ke Yastrib, yang kemudian setelah kedatangan rombongan dari Makkah pada tahun 622 dikenal sebagai Madinah atau Madinatun Nabi (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kekhalifahan) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah, begitupun kaum minoritas Kristen dan Yahudi. Dalam periode setelah hijrah ke Madinah, Muhammad sering mendapat serangkaian serangan, teror, ancaman pembunuhan dan peperangan yang ia terima dari penguasa Makkah, akan tetapi semuanya dapat teratasi lebih mudah dengan umat Islam yang saat itu telah bersatu di Madinah.
Pembebasan Makkah
Tahun 629 M, tahun ke-8 H setelah hijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan membawa pasukan Muslim sebanyak 10.000 orang, saat itu ia bermaksud untuk menaklukkan kota Makkah dan menyatukan para penduduk kota Makkah dan madinah. Penguasa Makkah yang tidak memiliki pertahanan yang memadai kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat kota Makkah akan diserahkan tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ketika ia kembali, ia telah berhasil mempersatukan Makkah dan Madinah, dan lebih luas lagi ia saat itu telah berhasil menyebarluaskan Islam ke seluruh Jazirah Arab.
Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan Islam di kota Makkah.
Kematian
Pada hari-hari terakhirnya, Muhammad mengalami penyakit serius, ia meminta supaya dirinya dirawat di rumahnya Aisyah,[45] yang merupakan istri favoritnya.[46][47] Muhammad pun diantarkan ke sana dengan dipandu oleh Ali bin Abi Thalib dan Al-Abbas, dengan kakinya terseret-seret di tanah.[48] Aisyah melaporkan bahwa ketika di rumahnya, Muhammad sering berkata:
يَا عَائِشَةُ مَا أَزَالُ أَجِدُ أَلَمَ الطَّعَامِ الَّذِي أَكَلْتُ بِخَيْبَرَ، فَهَذَا أَوَانُ وَجَدْتُ انْقِطَاعَ أَبْهَرِي مِنْ ذَلِكَ السَّمِّ
Wahai Aisyah! Aku masih merasakan sakit yang diakibatkan oleh makanan yang aku makan di Khaibar, dan pada saat ini, aku merasa pembuluh jantungku seperti sedang dipotong oleh racun itu.
Racun tersebut disisipkan ke daging yang dimakan Muhammad di Khaibar oleh seorang wanita yahudi bernama Zainab binti al-Harits yang ingin mengetes kenabian Muhammad,[49] dan membalaskan dendam rakyatnya, ayahnya, pamannya dan suaminya yang dibunuh oleh pasukan Muhammad.[50]
Aisyah melaporkan bahwa ketika Muhammad bersandar di dadanya, ia mendengar Muhammad berkata:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَأَلْحِقْنِي بِالرَّفِيقِ الأَعْ
Ya Allah, maafkanlah aku, kasihanilah diriku dan izinkanlah aku bergabung dengan teman-teman tertinggi (di surga).[51][52][53]
Tidak lama berselang, Muhammad meninggal dunia.[54] Ini terjadi pada hari Senin, 8 Juni 632 M.[55] Namun terdapat riwayat dari kalangan Syi'ah yang menuding bahwa kematian Muhammad sebenarnya disebabkan oleh racun yang disisipkan oleh Aisyah yang berkomplot dengan Hafshah.[56]
Deskripsi fisik
Beberapa hadis meriwayatkan beberapa ciri fisik Muhammad yang diceritakan oleh para sahabat dan istrinya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Muhammad berperawakan sedang, berkulit putih kemerahan, berjanggut tipis, dan digambarkan memiliki fisik yang sehat dan kuat oleh orang di sekitarnya. Riwayat lain menyebutkan Muhammad bermata hitam, tidak berkumis, berjanggut sedang, serta memiliki hidung bengkok yang sesuai dengan ciri antropologis bangsa Semit pada umumnya.[butuh rujukan]
Pernikahan
Selama hidupnya Muhammad menikah dengan 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat.[57] Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia,[58][59] sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Khaulah binti Hakim menyarankan kepadanya untuk menikahi Saudah binti Zam'ah (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar ash-Shiddiq). Atas perintah Allah, Muhammad menikahi keduanya. Kemudian Muhammad tercatat menikahi beberapa orang wanita lagi hingga jumlah seluruhnya sekitar 11 orang, sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal Muhammad.
Para ahli sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).[60]
Historiografi
Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah kitab suci utama dari agama Islam. Muslim percaya itu mewakili kata-kata Tuhan yang diungkapkan oleh malaikat agung Jibril kepada Muhammad.[61][62][63] Al-Qur'an juga memberikan sedikit bantuan untuk merumuskan biografi kronologis Muhammad, meskipun sebagian besar ayat Al-Qur'an tidak memberikan konteks sejarah yang signifikan.[64][65]
Biografi awal
Sumber-sumber penting mengenai kehidupan Muhammad dapat ditemukan dalam karya-karya sejarah para penulis abad ke-2 dan ke-3 Hijriah (Abad ke-8 dan ke-9 M).[66] Ini termasuk biografi Muslim tradisional Muhammad, yang memberikan informasi tambahan tentang hidupnya.[67]
Sirah tertulis paling awal adalah Sirah Rasul Allah karya Ibnu Ishaq yang ditulis ca 767 M (150 H). Meskipun karya aslinya hilang, sirah ini hanya bertahan sebagai kutipan ekstensif dalam karya Ibnu Hisyam dan Ath-Thabari.[68][69] Namun, Ibnu Hisyam menulis dalam kata pengantar biografinya tentang Muhammad bahwa dia menghilangkan hal-hal dari biografi Ibnu Ishaq yang "akan menyusahkan orang-orang tertentu".[70] Sumber sejarah awal lainnya adalah sejarah kampanye Muhammad oleh al-Waqidi, dan sekretaris Waqidi, Ibnu Sa'ad al-Baghdadi.[66]
Banyak sejarawan menerima catatan biografi awal ini sebagai otentik, meskipun keakuratannya tidak dapat dipastikan.[68] Studi terbaru telah mengarahkan para sejarawan untuk membedakan antara tradisi yang menyentuh masalah hukum dan peristiwa sejarah murni. Dalam kelompok hukum, tradisi bisa jadi tunduk pada penemuan sementara peristiwa bersejarah, selain kasus luar biasa, mungkin hanya tunduk pada "pembentukan tendensial".[71]
Hadis
Sumber penting lainnya termasuk koleksi hadis, laporan tentang ajaran dan tradisi verbal dan fisik yang dikaitkan dengan Muhammad. Hadis disusun beberapa generasi setelah kematiannya oleh umat Islam termasuk Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Muslim bin al-Hajjaj, Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Abdurrahman an-Nasa'i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Malik bin Anas, dan ad-Daruquthni.[72][73]
Beberapa akademisi Barat dengan hati-hati memandang koleksi hadis sebagai sumber sejarah yang akurat.[72] Sejarawan seperti Wilferd Madelung tidak menolak riwayat-riwayat yang telah disusun pada masa kemudian, tetapi menilainya dalam konteks sejarah dan atas dasar kesesuaiannya dengan peristiwa dan tokoh.[74] Sejarawan Muslim lain biasanya lebih menekankan pada literatur hadis daripada literatur biografi, karena hadis mempertahankan riwayat tradisional (isnad); adanya suatu kekurangan pada sebuah riwayat untuk literatur biografi membuat riwayat tersebut tidak dapat diverifikasi.[75]
Warisan
Tradisi Islam
Mengikuti pengesahan keesaan Tuhan, keyakinan akan kenabian Muhammad adalah aspek utama dari keyakinan Islam. Setiap Muslim menyatakan dalam Syahadat: "Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah". Syahadat adalah kredo atau prinsip dasar Islam. Keyakinan Islam adalah bahwa idealnya Syahadat adalah kata-kata pertama yang akan didengar oleh bayi yang baru lahir; anak-anak harus diajarkan mengenai kalimat tersebut dan kalimat ini akan dibacakan menjelang kematian seorang Muslim. Muslim mengulangi syahadat dalam adzan dan dalam salat. Non-Muslim yang ingin masuk Islam diwajibkan untuk membaca syahadat.[76]
Dalam kepercayaan Islam, Muhammad juga dianggap sebagai nabi terakhir yang diutus oleh Tuhan.[77][78] Tradisi Muslim juga mencatat beberapa mukjizat atau peristiwa supranatural yang pernah dilakukan oleh Muhammad.[79] Misalnya, banyak komentator Muslim dan beberapa cendekiawan Barat telah menafsirkan surah al-Qamar ayat 1–2 merujuk pada Muhammad yang membelah Bulan ketika kaum Quraisy mulai menganiaya para pengikutnya.[80][81] Sejarawan Islam Barat Denis Gril percaya bahwa Al-Qur'an tidak secara terbuka menggambarkan Muhammad melakukan mujizat, dia menyatakan bahwa mujizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur'an itu sendiri.[80]
Menurut tradisi Islam, Muhammad diserang oleh penduduk Tha'if dan terluka parah. Tradisi itu juga menyebutkan bahwa seorang malaikat menampakkan diri kepadanya dan memberikan tawaran untuk membalas para penyerang. Dikatakan bahwa Muhammad menolak tawaran itu dan berdoa memohon agar orang-orang Tha'if mendapatkan petunjuk dan memeluk Islam.[82]
Sunnah mewakili tindakan dan perkataan Muhammad (dilestarikan dalam laporan yang dikenal sebagai Hadis) dan mencakup beragam aktivitas dan keyakinan mulai dari ritual keagamaan, kebersihan pribadi, dan penguburan jenazah hingga pertanyaan mistis melibatkan cinta antara manusia dan Tuhan. Sunnah dianggap sebagai model persaingan bagi umat Islam yang saleh dan sangat memengaruhi budaya Muslim. Salam yang diajarkan Muhammad kepada sesama Muslim, Assalamualaikum (terj. har. 'Semoga keselamatan tercurah kepada kalian') digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Banyak detail ritual utama Islam seperti sholat, puasa dan haji tahunan hanya ditemukan dalam Sunnah dan tidak di Al-Qur'an.[84]
Muslim secara tradisional mengungkapkan cinta dan penghormatan kepada Muhammad. Kisah-kisah kehidupan Muhammad, syafaatnya dan mukjizat-mukjizatnya telah merasuki pemikiran populer Muslim dan puisi. Di antara odes Arab untuk Muhammad, Qaṣīdatul Burdah ("Puisi Mantel") karya tokoh Sufi asal Mesir, al-Busiri (1211–1294) sangat terkenal, dan secara luas diyakini memiliki penyembuhan dan kekuatan spiritual.[85] Al-Qur'an menyebut Muhammad sebagai "rahmat bagi dunia".[86][12] Pengaitan hujan dengan rahmat di negeri-negeri Timur telah menyebabkan Muhammad dianggap sebagai awan hujan yang menyebarkan berkah dan membentang di atas daratan, menghidupkan kembali hati yang telah mati, seperti halnya hujan menghidupkan kembali bumi yang tampaknya telah mati.[12] Ulang tahun Muhammad dirayakan sebagai pesta besar di seluruh dunia Muslim, kecuali Arab Saudi yang didominasi oleh Salafisme di mana perayaan publik ini dilarang.[87] Ketika Muslim mengatakan atau menulis nama Muhammad, mereka biasanya mengikutinya dengan frase bahasa Arab ṣallā llahu ʿalayhi wa-sallam (terj. har. 'Semoga selawat serta salam tercurah padanya')[88] Dalam tulisan biasa, kadang-kadang digunakan singkatan SAW (untuk frasa bahasa Arab);[d] dalam karya cetak, biasanya digunakan kaligrafi kecil (ﷺ).[83]
Sufisme
As-Sunnah memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan hukum Islam, khususnya sejak akhir abad pertama Islam.[89] Mistikus Muslim, yang dikenal sebagai sufi, yang mencari makna terdalam Al-Qur'an dan sifat terdalam Muhammad, memandang nabi Islam tidak hanya sebagai seorang nabi tetapi juga sebagai manusia yang sempurna. Semua ordo Sufi menelusuri rantai keturunan spiritual mereka kembali ke Muhammad.[90]
Penggambaran
Sejalan dengan hadis larangan membuat gambar makhluk hidup berakal, yang secara khusus diamati secara ketat sehubungan dengan Tuhan dan Muhammad, seni religius Islam difokuskan dalam bentuk kata-kata.[91][92] Muslim umumnya menghindari penggambaran Muhammad, dan masjid dihiasi dengan kaligrafi dan prasasti Al-Qur'an atau desain geometris, bukan gambar atau pahatan.[91][93] Saat ini, larangan terhadap gambar Muhammad (umumnya dirancang untuk mencegah penyembahan terhadap Muhammad, dengan tujuan untuk menjaga kemurnian keesaan Tuhan) jauh lebih ketat dipatuhi dalam Islam Sunni dan Ahmadiyyah daripada Syiah.[94] Sementara itu, beberapa kalangan Sunni dan Syiah telah menciptakan gambar Muhammad di masa lalu,[95] Penggambaran Islam tentang Muhammad jarang terjadi.[91] Mereka sebagian besar terbatas pada media pribadi dan elit miniatur, dan sejak sekitar 1500 sebagian besar penggambaran menunjukkan Muhammad dengan wajah terselubung, atau secara simbolis mewakili dia sebagai nyala api.[93][96]
Penggambaran paling awal yang masih ada berasal dari miniatur Persia dan Ilkhanate abad ke-13, biasanya dalam genre sastra yang menggambarkan kehidupan dan perbuatan Muhammad.[96][97] Selama periode Ilkhanid, ketika penguasa Mongol Persia masuk Islam, kelompok Sunni dan Syiah bersaing menggunakan citra visual, termasuk gambar Muhammad, untuk mempromosikan interpretasi khusus mereka tentang peristiwa penting Islam.[98] Karena dipengaruhi oleh Agama Buddha, inovasi ini belum pernah terjadi sebelumnya di dunia Islam, dan disertai dengan "pergeseran yang lebih luas dalam budaya seni Islam dari abstraksi menuju representasi" di "masjid , pada permadani, sutra, keramik, dan pada kaca dan logam" selain buku.[99] Di tanah Persia, tradisi penggambaran realistik ini berlangsung selama Dinasti Timurid hingga Safawi mengambil alih kekuasaan pada awal abad ke-16.[98] Safawiyah, yang menjadikan Islam Syi'ah sebagai agama negara, memprakarsai penyimpangan dari gaya artistik Ilkhanid dan Timurid tradisional dengan menutupi wajah Muhammad dengan kerudung untuk mengaburkan wajahnya dan pada saat yang sama mewakili esensinya yang bercahaya.[100] Bersamaan dengan itu, beberapa gambar yang ditemukan dari periode sebelumnya kemudian dirusak.[98][101][102] Kemudian gambar diproduksi di Kekhalifahan Utsmaniyah di Turki dan di tempat lain, meskipun masjid tidak pernah dihiasi dengan gambar Muhammad.[95] Illustrated accounts of the night journey (mi'raj) were particularly popular from the Ilkhanid period through the Safavid era.[103]
Selama abad ke-19, Iran kedatangan tren buku-buku "mi'raj" yang dicetak dan diilustrasikan, dengan wajah Muhammad berkerudung yang ditujukan kepada orang buta huruf dan anak-anak seperti novel grafis. Direproduksi melalui litografi, buku-buku ini pada dasarnya adalah "manuskrip tercetak".[103] Saat ini, jutaan reproduksi sejarah dan gambar modern tersedia di beberapa negara mayoritas Muslim, terutama Turki dan Iran, di poster, kartu pos, dan bahkan di buku meja kopi. Akan tetapi, hal ini tidak dikenal di sebagian besar belahan dunia Islam lainnya, dan ketika ditemui oleh umat Islam dari negara lain, mereka dapat menyebabkan kontroversi dan kemarahan yang cukup besar.[95][96]
Pandangan Barat
Setelah reformasi Protestan, kehidupan dan kenabian Muhammad menjadi salah satu topik perdebatan yang seru di dunia Barat.[12][104] Guillaume Postel adalah orang pertama yang memberikan pandangan yang lebih positif tentang Muhammad ketika dia berargumen bahwa Muhammad harus dihargai oleh orang Kristen sebagai nabi yang sah.[12][105] Gottfried Leibniz memuji Muhammad karena "dia tidak menyimpang dari agama alami".[12] Henri de Boulainvilliers, dalam bukunya Vie de Mahomed yang diterbitkan secara anumerta pada tahun 1730, menggambarkan Muhammad sebagai pemimpin politik yang berbakat dan anggota parlemen yang adil.[12] Dia menampilkannya sebagai utusan yang diilhami secara ilahi yang dipekerjakan Tuhan untuk membingungkan orang-orang Kristen Timur yang bertengkar, untuk membebaskan Timur dari pemerintahan zalim Romawi dan Persia, dan untuk menyebarkan pengetahuan tentang keesaan Tuhan dari India ke Spanyol.[106] Voltaire memiliki pendapat yang agak campur aduk tentang Muhammad: dalam lakonnya Le fanatisme, ou Mahomet le Prophète dia menjelekkan Muhammad sebagai simbol fanatisme, dan dalam sebuah esai yang diterbitkan pada tahun 1748 dia menyebutnya "seorang penipu yang luhur dan baik hati". Namun dalam survei sejarahnya Essai sur les mœurs, dia menampilkannya sebagai legislator dan penakluk dan menyebutnya sebagai "penggemar".[106] Jean-Jacques Rousseau, dalam Social Contract (1762), mencatat, "mengesampingkan legenda propaganda tentang Muhammad sebagai penipu, kami cenderung menyebutnya sebagai seorang legislator yang dengan bijak menggabungkan kekuatan agama dan politik".[106] Emmanuel Pastoret pada 1787 dalam bukunya Zoroaster, Confucius and Muhammad, di mana dia menampilkan kehidupan Zaradusta, Konfusius, dan Muhammad ini sebagai "orang hebat" dan "pembuat undang-undang terhebat di alam semesta", serta membandingkan karier mereka sebagai pembaru agama dan pemberi hukum. Dia menolak pandangan umum bahwa Muhammad adalah seorang penipu dan berpendapat bahwa Al-Qur'an menawarkan "kebenaran kultus dan moral yang paling luhur". Ia juga mendefinisikan keesaan Tuhan dengan "keputusan yang mengagumkan". Pastoret menulis bahwa tuduhan umum tentang amoralitasnya tidak berdasar. Sebaliknya, hukumnya memerintahkan ketenangan, kemurahan hati, dan kasih sayang pada para pengikutnya. Ia mencatat bahwa "pembuat undang-undang Arab" adalah "orang yang sangat hebat".[106] Napoleon Bonaparte juga mengagumi Muhammad dan Islam,[107] dan menggambarkannya sebagai model teladan anggota parlemen dan pria yang hebat.[108][109] Thomas Carlyle dalam bukunya On Heroes, Hero-Worship, & the Heroic in History (1841) menggambarkan "Mahomet" sebagai "Pemilik budi pekerti agung yang pendiam; dia adalah salah satu dari mereka yang tidak bisa tetapi bersungguh-sungguh".[110] Penafsiran Carlyle telah dikutip secara luas oleh cendekiawan Muslim sebagai demonstrasi bahwa kesarjanaan Barat mengesahkan status Muhammad sebagai orang besar dalam sejarah.[111]
Ian Almond mengatakan bahwa para penulis sastra Romantis Jerman umumnya berpandangan positif tentang Muhammad: "Kekaguman Karl Wilhelm Friedrich Schlegel terhadap Islam sebagai produk estetis, autentik yang patut ditiru, holistik yang berseri-seri, memainkan peran sentral dalam pandangannya tentang Muhamad sebagai perancang dunia yang patut dicontoh sehingga ia bahkan menggunakannya sebagai skala penilaian untuk puisi klasik".[112] John Tolan selanjutnya menunjukkan bagaimana Yahudi di Eropa khususnya memiliki pandangan yang lebih bernuansa tentang Muhammad dan Islam, sebagai minoritas etnoreligius yang merasa terdiskriminasi, mereka secara khusus memuji Al-Andalus, dan dengan demikian, "menulis tentang Islam bagi orang Yahudi adalah cara untuk menikmati dunia fantasi, jauh dari penganiayaan dan pogrom Eropa abad ke-19, di mana orang Yahudi dapat hidup rukun dengan tetangga non-Yahudi mereka".[113]
Penulis kontemporer seperti William Montgomery Watt dan Richard Bell menepis gagasan bahwa Muhammad sengaja menipu para pengikutnya, dengan alasan bahwa Muhammad "benar-benar tulus dan bertindak dengan itikad baik sepenuhnya",[114] dan ketulusannya ditunjukkan dengan kesiapan Muhammad untuk menanggung kesulitan demi perjuangannya, dengan apa yang tampaknya bukan merupakan dasar rasional untuk berharap.[115] Watt mengatakan bahwa ketulusan tidak secara langsung menyiratkan kebenaran: dalam istilah kontemporer, Muhammad mungkin salah mengira alam bawah sadarnya sebagai wahyu ilahi.[116] Watt dan Bernard Lewis berargumen bahwa memandang Muhammad sebagai penipu yang mementingkan diri sendiri membuat mustahil untuk memahami perkembangan Islam.[117][118] Alford T. Welch berpendapat bahwa Muhammad mampu menjadi begitu berpengaruh dan sukses karena keyakinannya yang teguh pada agamanya.[12]
Agama lain
Pengikut gerakan Baháʼí memuliakan Muhammad sebagai salah satu dari sejumlah nabi atau "Manifestasi Tuhan". Dia dianggap sebagai manifestasi terakhir, atau meterai dari Siklus Adam, tetapi menganggap ajarannya telah digantikan oleh Bahá'u'lláh, pendiri gerakan Baháʼí, dan manifestasi pertama dari siklus saat ini.[119][120]
Tradisi Druze menghormati beberapa "guru" dan "nabi",[121] dan Muhammad dianggap sebagai nabi Tuhan yang penting dalam agama Druze, Muhammad dikatakan termasuk di antara tujuh nabi yang muncul dalam periode sejarah yang berbeda.[122][123]
Kritik
Kritik terhadap Muhammad telah ada sejak abad ke-7, ketika Muhammad dicela oleh Arab non-Muslim sezamannya karena menyebarkan monoteisme, dan oleh suku-suku Yahudi di Arab karena pengakuannya atas narasi-narasi Alkitab da tokoh-tokohnya, serta proklamasi dirinya sebagai "Penutup Para Nabi".[124][125]
Selama Abad Pertengahan, berbagai Pemikir Kristen di Barat dan Bizantium mengkritik moralitas Muhammad, dan memberinya label nabi palsu atau bahkan Antikristus. Muhammad sering digambarkan di Susunan Kristen sebagai pendiri ajaran sesat atau bahkan kerasukan oleh setan.[126][127][128][129] Kritikus religius dan sekuler modern telah mengkritik Muhammad dalam pengakuannya sebagai seorang nabi, moralitasnya, pernikahan, kehidupan seks, kepemilikan budak, perlakuannya terhadap musuh-musuhnya, penanganan masalah doktrinal, dan kondisi psikologisnya.[126][130][131][132]
Lihat pula
Cari tahu mengenai Muhammad pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Definisi dan terjemahan dari Wiktionary | |
Gambar dan media dari Commons | |
Berita dari Wikinews | |
Kutipan dari Wikiquote | |
Teks sumber dari Wikisource | |
Buku dari Wikibuku |
Catatan
- ^ Muhamad memiliki banyak sebutan, di antaranya adalah Muhammad bin Abdullah, Nabiyullah, Nabi Muhammad, Rasulullah, Nabi terakhir dalam Islam, dan lain-lain; ada juga banyak varian ejaan Muhammad, seperti Mohamet, Mohammed, Mahamad, Muhamad, Mohamed dan yang lainnya.
- ^ Goldman 1995, hlm. 63, memberikan 8 Juni 632 M, tradisi Islam yang dominan. Banyak tradisi sebelumnya (terutama non-Islam) menyebut dia masih hidup pada masa Penaklukan Palestina.
- ^ Menurut Welch, Moussalli & Newby 2009, yang menulis untuk Oxford Encyclopedia of the Islamic World: "Nabi Islam adalah seorang pembaharu agama, politik, dan sosial yang memunculkan salah satu peradaban besar dunia. Dari perspektif sejarah modern, Muhammad adalah pendiri Islam. Dari perspektif keyakinan umat Islam, dia adalah Utusan Tuhan (Rasūlullāh), dipanggil untuk menjadi "pemberi peringatan", pertama untuk orang Arab dan kemudian untuk seluruh umat manusia."
- ^ a b Meskipun penyingkatan ini dinilai keliru[23][24] dan seharusnya tidak disingkat karena menurut sebagian ulama dan cendekiawan Muslim seperti Ibnu Baz, penyingkatan shalawat dan kalimat pengagungan lainnya akan menghilangkan makna agung yang terkandung didalamnya.[25][26][27]
Referensi
Bibliografi
- Johnson, Scott Fitzgerald (2015). The Oxford Handbook of Late Antiquity (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. ISBN 978-0-19-027753-6.
- Reynolds, Gabriel Said (2023-03-07). The Emergence of Islam: Classical Traditions in Contemporary Perspective (dalam bahasa Inggris). Augsburg Fortress Publishers. ISBN 978-1-5064-7388-8.
- Muesse, Mark W. (2018-01-01). Four Wise Men (dalam bahasa Inggris). Lutterworth Press. ISBN 978-0-7188-9522-8.
- Schroeder, Eric (2002-01-01). Muhammad's People: An Anthology of Muslim Civilization (dalam bahasa Inggris). Courier Corporation. ISBN 978-0-486-42502-3.
- Phipps, William E. (1996). Muhammad and Jesus: A Comparison of the Prophets and Their Teachings (dalam bahasa Inggris). Continuum. ISBN 978-1-55778-718-7.
- Ṣallābī, ʻAlī Muḥammad Muḥammad (2005). The Noble Life of the Prophet (dalam bahasa Inggris). Darussalam. ISBN 978-9960-9678-9-9.
- Beeston, A. F. L. (1983-11-03). Arabic Literature to the End of the Umayyad Period (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-24015-4.
- Shourie, Arun (1989). Religion in Politics (dalam bahasa Inggris). Roli Books.
- Adil, Hajjah Amina (2002). Muhammad, the Messenger of Islam: His Life & Prophecy (dalam bahasa Inggris). ISCA. ISBN 978-1-930409-11-8.
- Towghi, Malek Muhammad (1991). Foundations of Muslim Images and Treatment of the World Beyond Islam (dalam bahasa Inggris). Michigan State University. Department of History.
- Humphreys, R. Stephen (1991). Islamic History: A Framework for Inquiry - Revised Edition (dalam bahasa Inggris). Princeton University Press. ISBN 978-0-691-00856-1.
- Lieberman, Phillip I. (2021-09-02). The Cambridge History of Judaism: Volume 5, Jews in the Medieval Islamic World (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-1-009-03859-1.
- Rubin, Uri (2022-04-19). The Life of Muhammad (dalam bahasa Inggris). Taylor & Francis. ISBN 978-1-351-88676-5.
- Arjomand, Said Amir (2022-10-25). Messianism and Sociopolitical Revolution in Medieval Islam (dalam bahasa Inggris). Univ of California Press. ISBN 978-0-520-38759-1.
- Gibb, Hamilton Alexander Rosskeen; Lewis, Brian; Donzel, Emeri J. van; Bosworth, Clifford Edmund (1986). The Encyclopaedia of Islam: Vol. 1- (dalam bahasa Inggris). E.J. Brill.
- Gil, Moshe (1997-02-27). A History of Palestine, 634-1099 (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-59984-9.
- Holt, P. M.; Lambton, Ann K. S.; Lewis, Bernard (1977-04-21). The Cambridge History of Islam: Volume 1A, The Central Islamic Lands from Pre-Islamic Times to the First World War (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-29135-4.
- Schacht; Lewis; Pellat; Ménage, ed. (1998-06-26), Encyclopaedia of Islam, Volume III (H-Iram): [Fasc. 41-60, 60a] (dalam bahasa Inggris), Brill, ISBN 978-90-04-08118-5, diakses tanggal 2023-06-21
- Nigosian, Solomon A. (2004-01-29). Islam: Its History, Teaching, and Practices (dalam bahasa Inggris). Indiana University Press. ISBN 978-0-253-11074-9.
- Hawa, Salam (2021-10-18). Reimagining Arab Political Identity: Justice, Women's Rights and the Arab State (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-0-429-75555-2.
- Muir, William (1858). The Life of Mahomet and History of Islam, to the Era of the Hegira: With Introductory Chapters on the Original Sources for the Biography of Mahomet, and on the Pre-Islamite History of Arabia (dalam bahasa Inggris). Smith, Elder.
- Fontaine, P. F. M. (2022-10-04). Imperialism in Medieval History I: Dualism in Byzantine History 476-638 and Dualism in Islam 572-732 (dalam bahasa Inggris). BRILL. ISBN 978-90-04-50234-5.
- Lapidus, Ira M. (2012). Islamic Societies to the Nineteenth Century: A Global History (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-51441-5.
- al-Tabari, Muhammad ibn Jarir (1987-08-01). The History of al-Tabari Vol. 6: Muhammad at Mecca (dalam bahasa Inggris). SUNY Press. ISBN 978-0-88706-707-5.
- Muir, Sir William; Weir, Thomas Hunter (1923). The Life of Mohammad from Original Sources (dalam bahasa Inggris). Grant.
- Peters, F. E. (1994-04-06). Muhammad and the Origins of Islam (dalam bahasa Inggris). State University of New York Press. ISBN 978-1-4384-1597-0.
- Cole, W. Owen (1996-01-01). Six World Faiths (dalam bahasa Inggris). A&C Black. ISBN 978-0-8264-4964-1.
- Borup, Jørn; Fibiger, Marianne Qvortrup; Kühle, Lene (2019-10-01). Religious Diversity in Asia (dalam bahasa Inggris). BRILL. ISBN 978-90-04-41581-2.
- Ibn Kathīr, Ismāʻīl ibn ʻUmar (1998). The Life of the Prophet Muḥammad: A Translation of Al-Sīra Al-Nabawiyya (dalam bahasa Inggris). Center for Muslim Contribution to Civilization. ISBN 978-1-85964-040-1.
- Williams, Rebecca (2013-05-02). Muhammad and the Supernatural: Medieval Arab Views (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-135-94085-0.
- Lewis, David Levering (2009-01-12). God's Crucible: Islam and the Making of Europe, 570-1215 (dalam bahasa Inggris). W. W. Norton & Company. ISBN 978-0-393-06790-3.
- Phipps, William E. (2016-10-06). Muhammad and Jesus: A Comparison of the Prophets and Their Teachings (dalam bahasa Inggris). Bloomsbury Publishing. ISBN 978-1-4742-8935-1.
- Hazleton, Lesley (2014-02-04). The First Muslim: The Story of Muhammad (dalam bahasa Inggris). Penguin. ISBN 978-1-59463-230-3.
- Ibn Kathir; Gassick, Dr Trevor Le (2000-09-01). The Life of the Prophet Muhammad Volume I (dalam bahasa English). Diterjemahkan oleh Gassick, Prof Trevor Le. Reading: Garnet Publishing. ISBN 978-1-85964-142-2.
- Glubb, Sir John Bagot (2001). The Life and Times of Muhammad (dalam bahasa Inggris). Cooper Square Press. ISBN 978-0-8154-1176-5.
- Deming, David (2014-01-10). Science and Technology in World History, Volume 2: Early Christianity, the Rise of Islam and the Middle Ages (dalam bahasa Inggris). McFarland. ISBN 978-0-7864-5642-0.
- Bearman, Peri; Bianquis, Thierry; Bosworth, C. Edmund; Donzel, E. J. van, ed. (2002-06-27). Encyclopaedia of Islam, Volume XI (V-Z) (dalam bahasa Inggris). Brill. ISBN 978-90-04-12756-2. Diakses tanggal 2023-06-13.
- Powers, David S. (2014-05-08). Zayd (dalam bahasa Inggris). University of Pennsylvania Press. ISBN 978-0-8122-0995-2.
- Rāshid, Maʿmar ibn (2015-10-15). The Expeditions: An Early Biography of Muḥammad (dalam bahasa Inggris). NYU Press. ISBN 978-1-4798-0047-6.
- Murray, Alexander (2011-03-03). Suicide in the Middle Ages: Volume 2: The Curse on Self-Murder (dalam bahasa Inggris). OUP Oxford. ISBN 978-0-19-161399-9.
- Brown, Daniel W. (2003-10-17). A New Introduction to Islam (dalam bahasa Inggris). Wiley. ISBN 978-0-631-21604-9.
- Rosenwein, Barbara H., ed. (2018-05-03). Reading the Middle Ages: Sources from Europe, Byzantium, and the Islamic World, Third Edition (dalam bahasa English). Toronto Buffalo London: University of Toronto Press. ISBN 978-1-4426-3673-6.
- Gordon, Matthew (2005-05-30). The Rise of Islam (dalam bahasa Inggris). Greenwood Publishing Group. ISBN 978-0-313-32522-9.
- Ardic, Nurullah (21 August 2012). Islam and the Politics of Secularism. Routledge. ISBN 978-1-136-48984-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 January 2018.
- Ahmad, Anis (2009). "Dīn". Dalam John L. Esposito. The Oxford Encyclopedia of the Islamic World. Oxford: Oxford University Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 December 2017.
- Ahmed, Leila (1986). "Women and the Advent of Islam". Signs. 11 (4): 665–91. doi:10.1086/494271.
- Ali, Kecia (2014). The Lives of Muhammad. Harvard University Press. ISBN 978-0-674-74448-6.
- Ali, Muhammad Mohar (1997). The Biography of the Prophet and the Orientalists. King Fahd Complex for the Printing of the Holy Qur'an. ISBN 978-9960-770-68-0.
- Armstrong, Karen (1992). Muhammad: A Biography of the Prophet. Harpercollins. ISBN 978-0-06-250886-7.
- Awde, Nicholas (2000). Women in Islam: An Anthology from the Quran and Hadith. Routledge. ISBN 978-0-7007-1012-6.
- Ballard, Harold Wayne; Donald N. Penny; W. Glenn Jonas (2002). A Journey of Faith: An Introduction to Christianity. Mercer University Press. ISBN 978-0-86554-746-9.
- Barlas, Asma (2002). Believing Women in Islam. University of Texas Press. ISBN 978-0-292-70904-1.
- Bogle, Emory C. (1998). Islam: Origin and Belief . Texas University Press. ISBN 978-0-292-70862-4.
- Brown, Jonathan A.C. (2011). Muhammad: A Very Short Introduction. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-955928-2.
- Brown, Jonathan A.C. (2014). Misquoting Muhammad: The Challenge and Choices of Interpreting the Prophet's Legacy. Oneworld Publications. ISBN 978-1-78074-420-9.
- Bullough, Vern L; Brenda Shelton; Sarah Slavin (1998). The Subordinated Sex: A History of Attitudes Toward Women. University of Georgia Press. ISBN 978-0-8203-2369-5.
- Cimino, Richard (Desember 2005). ""No God in Common": American Evangelical Discourse on Islam after 9/11". Review of Religious Research. 47 (2): 162–74. doi:10.2307/3512048. JSTOR 3512048.
- Cohen, Mark R. (1995). Under Crescent and Cross (edisi ke-Reissue). Princeton University Press. ISBN 978-0-691-01082-3.
- Conrad, Lawrence I. (1987). "Abraha and Muhammad: some observations apropos of chronology and literary topoi in the early Arabic historical tradition1". Bulletin of the School of Oriental and African Studies. 50 (2): 225–40. doi:10.1017/S0041977X00049016.
- Curtis, Michael (2009). Orientalism and Islam: European Thinkers on Oriental Despotism in the Middle East and India . New York: Cambridge University Press. hlm. 31. ISBN 978-0-521-76725-5.
- Dakake, Maria Massi (2008). The Charismatic Community: Shi'ite Identity in Early Islam. SUNY Press. ISBN 978-0-7914-7033-6.
- "Muhammad". Dictionary.com Unabridged (edisi ke-4th). Random House, Inc. 2022.
- Donner, Fred (1998). Narratives of Islamic Origins: The Beginnings of Islamic Historical Writing. Darwin Press. ISBN 978-0-87850-127-4.
- Ernst, Carl (2004). Following Muhammad: Rethinking Islam in the Contemporary World. University of North Carolina Press. ISBN 978-0-8078-5577-5.
- Esposito, John (1998). Islam: The Straight Path (edisi ke-3rd). Oxford University Press. ISBN 978-0-19-511234-4.
- Esposito, John (1999). The Islamic Threat: Myth Or Reality?. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-513076-8.
- Esposito, John (2002). What Everyone Needs to Know About Islam . Oxford University Press. ISBN 978-0-19-515713-0.
- Esposito, John, ed. (2003). The Oxford Dictionary of Islam. hlm. 198. ISBN 978-0-19-512558-0. Diakses tanggal 19 June 2012.
- Esposito, John (2011). What everyone needs to know about Islam (edisi ke-2). Oxford University Press. ISBN 978-0-19-979413-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 September 2015.
- Farah, Caesar (1994). Islam: Beliefs and Observances (edisi ke-5th). Barron's Educational Series. ISBN 978-0-8120-1853-0.
- Glubb, John Bagot (2002) [1970]. The Life and Times of Muhammad. Hodder and Stoughton. ISBN 978-0-8154-1176-5.
- Goldman, Elizabeth (1995). Believers: spiritual leaders of the world. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-508240-1.
- Goldman, Ann; Richard Hain; Stephen Liben (2006). Oxford Textbook of Palliative Care for Children. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-852653-7.
- Goddard, Hugh (2000). "The First Age of Christian-Muslim Interaction (c. 830/215)". A History of Christian-Muslim Relations . Edinburgh University Press. hlm. 34–41. ISBN 978-1-56663-340-6.
- Gottheil, Richard; Montgomery, Mary W.; Grimme, Hubert (1906). "Mohammed". Jewish Encyclopedia. Kopelman Foundation.
- Haaren, John Henry; Addison B. Poland (1904). Famous Men of the Middle Ages. University Publishing Company. ISBN 978-1-882514-05-2.
- Al-Hibri, Azizah Y. (2003). "An Islamic Perspective on Domestic Violence". 27 Fordham International Law Journal 195.
- Holt, P. M.; Lambton, Ann K. S.; Lewis, Bernard (1977). The Cambridge History of Islam (edisi ke-paperback). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-29135-4.
- Hourani, Albert; Ruthven, Malise (2003). A History of the Arab Peoples. Belknap Press; Revised edition. ISBN 978-0-674-01017-8.
- Ibn Isa, Muhammad (Imam Tirmidhi) (2011). Syama'il Muhammadiyah: KeanggunanMu Ya Rasulullah (Hardcover) (dalam bahasa Arab and Melayu). Malaysia: PTS Islamika Sdn. Bhd. hlm. 388. ISBN 978-967-366-064-3.
- Ishaq, Ibn (2002). Guillaume, Alfred, ed. The Life of Muhammad: A Translation of Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-636033-1.
- Jacobs, Louis (1995). The Jewish Religion: A Companion. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-826463-7.
- Kelsay, John (1993). Islam and War: A Study in Comparative Ethics. Westminster John Knox Press. ISBN 978-0-664-25302-8.
- Khan, Majid Ali (1998). Muhammad The Final Messenger. New Delhi: Islamic Book Service. ISBN 978-81-85738-25-3.
- Kochler, Hans (1982). Concept of Monotheism in Islam & Christianity. I.P.O. ISBN 978-3-7003-0339-8.
- Lapidus, Ira (2002). A History of Islamic Societies (edisi ke-2nd). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-77933-3.
- Larsson, Göran (2003). Ibn Garcia's Shu'Ubiyya Letter: Ethnic and Theological Tensions in Medieval Al-Andalus. Brill Academic Publishers. ISBN 978-90-04-12740-1.
- Lewis, Bernard (2002) [1993]. The Arabs in History. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-280310-8.
- Lewis, Bernard (1992). Race and Slavery in the Middle East: An Historical Enquiry (edisi ke-Reprint). Oxford University Press, US. ISBN 978-0-19-505326-5.
- Lewis, Bernard (21 January 1998). "Islamic Revolution". The New York Review of Books.
- Lings, Martin (1983). Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources. Islamic Texts Society. ISBN 978-0-946621-33-0. US edn. by Inner Traditions International, Ltd.
- Madelung, Wilferd (1997). The Succession to Muhammad: A Study of the Early Caliphate. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-64696-3.
- Momen, Moojan (1985). An Introduction to Shi'i Islam: The History and Doctrines of Twelver Shiʻism. Yale University Press. ISBN 978-0-300-03531-5.
- Neusner, Jacob (2003). God's Rule: The Politics of World Religions. Georgetown University Press. ISBN 978-0-87840-910-5.
- Ordoni, Abu Muhammad; Muhammad Kazim Qazwini (1992). Fatima the Gracious. Ansariyan Publications. ASIN B000BWQ7N6.
- Peters, Francis Edward (1991). "The Quest of the Historical Muhammad". International Journal of Middle East Studies. 23 (3): 291–315. doi:10.1017/S0020743800056312.
- Peters, Francis Edward (2003). Islam: A Guide for Jews and Christians. Princeton University Press. ISBN 978-0-691-11553-5.
- Peters, Francis Edward (2003b). The Monotheists: Jews, Christians, and Muslims in Conflict and Competition . 1: The Peoples of God. Princeton University Press. ISBN 0-691-11460-9. ASIN: B0012385Z6.
- Peters, Francis Edward (2003c). The Monotheists: Jews, Christians, and Muslims in Conflict and Competition . 2: The Words and Will of God. Princeton University Press. ISBN 0-691-11461-7.
- Peters, Francis Edward (10 November 2010). Jesus and Muhammad: Parallel Tracks, Parallel Lives. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-974746-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 June 2013. Diakses tanggal 1 December 2011.
- Peterson, Daniel (2007). Muhammad, Prophet of God. Wm. B. Eerdmans Publishing Company. ISBN 978-0-8028-0754-0.
- Quinn, Frederick (2008). "The Prophet as Antichrist and Arab Lucifer (Early Times to 1600)". The Sum of All Heresies: The Image of Islam in Western Thought . New York: Oxford University Press. hlm. 17–54. ISBN 978-0-19-532563-8.
- Rahman, Fazlur (1979). Islam. University of Chicago Press. ISBN 978-0-226-70281-0.
- Ramadan, Tariq (2007). In the Footsteps of the Prophet: Lessons from the Life of Muhammad. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-530880-8.
- Reeves, Minou (2003). Muhammad in Europe: A Thousand Years of Western Myth-Making. NYU Press. ISBN 978-0-8147-7564-6.
- Robin, Christian J. (2012). Arabia and Ethiopia. In The Oxford Handbook of Late Antiquity. OUP USA. ISBN 978-0-19-533693-1.
- Robinson, David (2004). Muslim Societies in African History. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-82627-3.
- Rodinson, Maxime (2002). Muhammad: Prophet of Islam. Tauris Parke Paperbacks. ISBN 978-1-86064-827-4.
- Rue, Loyal (2005). Religion Is Not about God: How Spiritual Traditions Nurture Our Biological . Rutgers. ISBN 978-0-8135-3955-3.
- Serin, Muhittin (1998). Hattat Aziz Efendi. Istanbul. ISBN 978-975-7663-03-4. OCLC 51718704.
- Sikand, Yoginder (2004). Muslims in India since 1947: Islamic perspectives on inter-faith relations. London: RoutledgeCurzon. ISBN 978-0-415-31486-2.
- Spellberg, Denise A. (1996). Politics, Gender, and the Islamic Past: The Legacy of 'A'isha Bint Abi Bakr (dalam bahasa Inggris). Columbia University Press. hlm. 39–40. ISBN 978-0-231-07999-0.
- Stillman, Norman A. (1979). The Jews of Arab Lands: A History and Source Book. Jewish Publication Society. hlm. 236. ISBN 978-0-8276-0198-7.
- Tabatabai, Sayyid Mohammad Hosayn. AL-MIZAN:AN EXEGESIS OF THE QUR'AN, translation by S. Saeed Rizvi. WOFIS. ISBN 978-964-6521-14-8.
- Teed, Peter (1992). A Dictionary of Twentieth Century History. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-211676-5.
- Turner, Colin (2005). Islam: The Basics. Routledge. ISBN 978-0-415-34106-6.
- Watt, W. Montgomery (1953). Muhammad at Mecca. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-577277-7. ASIN: B000IUA52A.
- Watt, W. Montgomery (1956). Muhammad at Medina. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-577307-1.
- Watt, W. Montgomery (1961). Muhammad: Prophet and Statesman. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-881078-0.
- Watt, W. Montgomery (1964). Muhammad: Prophet and Statesman. Oxford University Press. ISBN 9780198810780. OCLC 2756451.
- Watt, W. Montgomery (1974). Muhammad: Prophet and Statesman. United Kingdom: Oxford University Press. ISBN 0-19-881078-4.
- Welch, Alford T.; Moussalli, Ahmad S.; Newby, Gordon D. (2009). "Muḥammad". Dalam John L. Esposito. The Oxford Encyclopedia of the Islamic World. Oxford: Oxford University Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 February 2017.
- Wijdan, Ali (28 August 1999). "From the Literal to the Spiritual: The Development of Prophet Muhammad's Portrayal from 13th century Ilkhanid Miniatures to 17th century Ottoman Art". Proceedings of the 11th International Congress of Turkish Art (7): 1–24.
- Willis, John Ralph, ed. (2013). Slaves and Slavery in Muslim Africa: Islam and the Ideology of Enslavement. 1. New York: Routledge. hlm. vii–xi, 3–26. ISBN 978-0-7146-3142-4.
Encyclopaedia of Islam
- Buhl, F.; Welch, A.T. (1993). "Muḥammad". Encyclopaedia of Islam. 7 (edisi ke-2nd). Brill. hlm. 360–376. ISBN 978-90-04-09419-2.
- Watt, W. Montgomery (1971). "Ḥalīma Bint Abī Ḏh̲uʾayb". Encyclopaedia of Islam. 3 (edisi ke-2nd). Brill.
- Watt, W. Montgomery (1960). "Āmina". Encyclopaedia of Islam. 1 (edisi ke-2nd). Brill.
- Abel, Armand (1960). "Baḥīrā". Encyclopaedia of Islam. 1 (edisi ke-2nd). Brill.
- Arafat, W. (1960). "Bilāl b. Rabāḥ". Encyclopaedia of Islam. 1 (edisi ke-2nd). Brill.
- Wensinck, A.J.; Rippen, A. (2002). "Waḥy". Encyclopaedia of Islam. 11 (edisi ke-2nd). Brill.
Bacaan lanjutan
- Berg, Herbert, ed. (2003). Method and Theory in the Study of Islamic Origins. E. J. Brill. ISBN 978-90-04-12602-2.
- Cook, Michael (1983). Muhammad. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-287605-8.
- Guillaume, Alfred (1955). The Life of Muhammad: A translation of Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah. Oxford University Press. ISBN 0-19-636033-1.
- Hamidullah, Muhammad (1998). The Life and Work of the Prophet of Islam. Islamabad: Islamic Research Institute. ISBN 978-969-8413-00-2.
- Motzki, Harald, ed. (2000). The Biography of Muhammad: The Issue of the Sources – Islamic History and Civilization: Studies and Texts, Vol. 32. Brill. ISBN 978-90-04-11513-2.
- Musa, A.Y. Hadith as Scripture: Discussions on The Authority Of Prophetic Traditions in Islam, New York: Palgrave, 2008
- Rubin, Uri (1995). The Eye of the Beholder: The Life of Muhammad as Viewed by the Early Muslims (A Textual Analysis). Darwin Press. ISBN 978-0-87850-110-6.
- Schimmel, Annemarie (1985). And Muhammad is His Messenger: The Veneration of the Prophet in Islamic Piety. The University of North Carolina Press. ISBN 978-0-8078-4128-0.
- Ali, Tariq, "Winged Words" (review of Maxime Rodinson, Muhammad, translated by Anne Carter, NYRB, March 2021, 373 pp., ISBN 978 1 68137 492 5), London Review of Books, vol. 43, no. 12 (17 June 2021), pp. 11–14.
Pranala luar
Cari tahu mengenai Muhammad pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Definisi dan terjemahan dari Wiktionary | |
Gambar dan media dari Commons | |
Kutipan dari Wikiquote | |
Entri basisdata #Q9458 di Wikidata |