Keresidenan

pembagian wilayah administratif di Hindia Belanda
(Dialihkan dari Karesidenan)

Keresidenan (kata tidak baku: karesidenan) adalah sebuah wilayah administratif yang dikepalai oleh residen.[1] Menurut sejarah, pembagian administratif jenis keresidenan hanya pernah digunakan di India Britania, Raj Britania Raya, dan Hindia Belanda serta penerusnya Indonesia dan negara bagian Melaka di Malaysia.

Semenjak krisis pada tahun 1950-an, sudah tidak ada keresidenan lagi dan yang muncul faktor kekuasaannya adalah kabupaten. Keresidenan kemudian dikenal dengan istilah "Pembantu Gubernur". Istilah ini sudah tidak digunakan lagi, tapi sebutan "eks-keresidenan" masih dipakai secara informal. Setelah itu, muncul nomenklatur baru yaitu Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) yang berada di bawah pemerintahan provinsi. Kepala Bakorwil tidak memiliki kewenangan otonom dan administatif karena hanya bertugas mengkoordinasikan hal-hal tertentu kepada wali kota atau bupati. Cakupan Bakorwil tidak sama dengan keresidenan. Semisal Jawa Tengah, eks keresidenan Kedu, Banyumas, dan Pekalongan masuk dalam satu Bakorwil.

Pengaruh pemberlakuan sistem keresidenan di Indonesia tampak pada pembagian pelat nomor (tanda kendaraan bermotor) hingga sekarang.

Sejarah sunting

India dan kemaharajaannya sunting

Kantor Pusat Keresidenan Teluk Persia di Bushehr pada 1902.

Keresidenan dalam sejarah pertama kali digunakan oleh Imperium Britania di India Britania. Pada masa ini, keresidenan adalah sebuah distrik yang menjadi bagian administratif suatu negara atau wilayah. Awalnya, keresidenan didirikan dengan tujuan perdagangan, tetapi pada abad ke-19 berubah menjadi politik secara keseluruhan. Setiap keresidenan dikepalai oleh seorang residen. Setiap residen melaporkan pekerjaannya ke Perusahaan Hindia Timur (hingga 1858), Pemerintah India (sejak 1858), atau salah satu pemerintah provinsi bawahannya. Sistrem keresidenan politik Britania tumbuh hingga 1880-an, ketika sistem ini meliputi 45% Asia Selatan dan Burma, 35% Asia Barat Daya, dan bahkan sebagian kecil Afrika Timur.[2]

Keresidenan yang menjadi bagian dari Kemaharajaan Britania pun terdapat di kawasan Timur Tengah yang dikuasai oleh Britania, yaitu Keresidenan Teluk Persia—keresidenan terbesar dan terstrategis India—yang meliputi Negara-Negara Gencatan Senjata, bagian selatan Persia, Bahrain, Kuwait, Oman, dan Qatar.[3] Pusat keresidenan ini berada di Pulau Qeshm, lalu dipindahkan ke Bushehr pada 1822, kemudian dipindahkan lagi ke Bahrain pada 1946.[4][5] Terdapat pula Keresidenan Aden (hingga Afrika Timur) yang berubah menjadi Protektorat Aden pada 1890-an, Keresidenan Arab Turki yang berpusat di Bagdad, dan Keresidenan Basra. Terdapat pula Keresidenan Nepal yang beribu kota di Kathmandu.[2]

Hindia Belanda dan Indonesia sunting

Raffles memecah Jawa menjadi 16 keresidenan dengan tujuan untuk mengurangi kekuasaan para raja dan sultan.[6]

Hindia Belanda dikuasai Britania Raya pada 1811 dengan menempatkan Letjen Thomas Stamford Raffles. Ia memerintah bekas jajahan Belanda ini dengan membagi-bagi Pulau Jawa menjadi beberapa keresidenan (residency dalam bahasa Inggris). Keresidenan-keresidenan ini dikepalai oleh para residen bangsa Eropa. Residen-residen ini membawahi para bupati bangsa pribumi yang mengepalai wilayah kabupaten. Residen pun diberi wewenang untuk menjalankan tugas-tugas dalam bidang administrasi, pemerintahan, fiskal, peradilan, dan kepolisian. Dalam bidang peradilan, perkara besar akan dibawa ke tingkat keresidenan, sedangkan perkara kecil akan dibawa ke tingkat kabupaten.[7]

Pada 1816, Hindia Belanda diserahkan kembali ke tangan Belanda sesuai dengan Konvensi London 1814. Pada zaman ini, diadakan kembali pembentukan keresidenan (residentie dalam bahasa Belanda) dan kabupaten secara resmi, tepatnya saat van der Capellen memerintah. Menurut Peraturan Komisaris Jenderal No, 3 tanggal 9 Januari 1819 yang dimuat dalam Staatsblad No. 16 tahun 1819, dibentuklah dua puluh keresidenan di Pulau Jawa: Banten, Jakarta, Bogor, Priangan, Krawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Jepara dan Juana, Surabaya, Pasuruan, Besuki, Banyuwangi, Madura dan Sumenep, Rembang, dan Gresik.[8][9]

Pada zaman penjajahan Belanda, seorang residen menjadi penguasa penjajahan tertinggi sekaligus mewakili Gubernur Jenderal Hindia Belanda di wilayah kekuasaannya. Residen pun menjadi wakil dan lambang Pemerintah Hindia Belanda di keresidenannya dengan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di tangannya. Dengan itu, kekuasaannya mutlak dan tak terbatas.[10]

Sejarah keresidenan terus berlanjut hingga pendudukan Jepang. Pada zaman tersebut pemerintahan provinsi ditiadakan sehingga keresidenan (syu dalam bahasa Jepang) menjadi bagian administratif tertinggi di Hindia Belanda Jepang.[11][12] Setelah kemerdekaan, pembagian adminsitratif keresidenan masih diwariskan. Keresidenan memiliki Dewan Perwakilan Rakyatnya sendiri. Hak otonomi keresidenan dicabut pada 1948; keresidenan tetap menjadi bagian administratif.[13] Pada Undang-Undang pembentukan provinsi yang dibuat pada 1950, keresidenan-keresidenan yang bergabung membentuk provinsi dihapuskan, seperti penghapusan Pemerintahan Daerah Keresidenan Banten, Jakarta, Bogor, Priangan, dan Cirebon serta pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah keresidenan-keresidenan tersebut dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Barat.[14]

Kediaman residen Kalimantan Barat di Pontianak
Kediaman residen Banyumas di Banyumas
Kediaman residen Lampung di Teluk Betung

Daftar Keresidenan di Hindia Belanda sunting

Daftar keresidenan di Hindia Belanda pada tahun 1942[15]
Nama keresidenan (bahasa Belanda)Nama keresidenan (bahasa Indonesia)IbukotaBekas cakupan wilayah
Atjeh en OnderhoorighedenAceh dan Daerah TaklukannyaKoetaradjaSeluruh Provinsi Aceh
Oostkust van SumatraPantai Timur SumateraMedanSumatera Utara bagian timur
TapanoeliTapanuliSibolgaSumatera Utara bagian barat
Westkust van SumatraPantai Barat SumateraPadangSeluruh Provinsi Sumatera Barat ditambah Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh, dan sebagian wilayah Kampar
RiouwRiauTandjoengpinangSeluruh Provinsi Riau dikurangi sebagian wilayah Kabupaten Kampar dan ditambah Seluruh Provinsi Kepulauan Riau
DjambiJambiDjambiSeluruh Provinsi Jambi dikurangi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh
BenkoelenBengkuluBenkoelenSeluruh Provinsi Bengkulu ditambah Kabupaten Lampung Barat dan Pesisir Barat
PalembangPalembangPalembangSeluruh Provinsi Sumatera Selatan
Lampoengsche DistrictenDistrik-distrik LampungTeloekbetoengSeluruh Provinsi Lampung dikurangi Kabupaten Lampung Barat dan Pesisir Barat
Bangka en BillitonBangka dan BelitungPangkalpinangSeluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
BantamBantenSerangKabupaten Serang, Kota Serang, Kota Cilegon, Pandeglang, dan Lebak
BataviaBatavia/BetawiBataviaSeluruh Provinsi DKI Jakarta ditambah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, sebagian wilayah Kota dan sebagian wilayah Kabupaten Bekasi (kecuali wilayah Kawedanan Jonggol/Tjibaroesa), Karawang, Purwakarta, dan Subang
BuitenzorgBogorBuitenzorgKabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Sukabumi, Kota Sukabumi, Cianjur ditambah sebagian wilayah Kota dan sebagian wilayah Kabupaten Bekasi (Kawedanan Jonggol/Tjibaroesa)
Priangan/Preanger-RegentschappenPrianganBandoengKabupaten Bandung, Kota Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Ciamis, dan Pangandaran
CheribonCirebonCheribonKabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kuningan, Indramayu dan Majalengka
PekalonganPekalonganPekalonganKabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Brebes, Tegal, Kota Tegal, Pemalang, dan Batang
SemarangSemarangSemarangKabupaten Semarang, Kota Semarang, Kendal, Kota Salatiga, Demak, Grobogan
Japara-RembangPatiPatiKabupaten Jepara, Pati, Rembang, Kudus, Blora
BanjoemasBanyumasBanjoemasKabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara
KedoeKeduMagelangKabupaten Magelang, Kota Magelang, Purworejo, Kebumen, Karanganyar Roma (dibubarkan 1936), Wonosobo, Temanggung
SoerabajaSurabayaSoerabajaKabupaten Gresik, Jombang, Mojokerto, Kota Mojokerto, Sidoarjo dan Kota Surabaya
BodjonegoroBojonegoroBodjonegoroKabupaten Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan
MadioenMadiunMadioenKabupaten Madiun, Kota Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Pacitan
KediriKediriKediriKabupaten Kediri, Kota Kediri, Nganjuk, Blitar, Kota Blitar, Tuluangagung, dan Trenggalek
Pasuruan-MalangMalangPasuruan-MalangKabupaten Malang, Kota Malang, Kota Batu, Pasuruan, Kota Pasuruan, Kota Bangil, Probolinggo, Kota Probolinggo, dan Lumajang
BesukiBesukiBondowosoKabupaten Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Banyuwangi
MadoeraMaduraPamekasanKabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep
Westerafdeeling van BorneoDivisi Barat BorneoPontianakSeluruh Provinsi Kalimantan Barat
Zuider en Oosterafdeeling van BorneoDivisi Selatan dan Timur BorneoBandjermasinSeluruh Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara
ManadoManadoManadoSeluruh Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah
Celebes en OnderhoorighedenCelebes dan Daerah TaklukannyaMakassar

(Ujung Pandang)

Seluruh Provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara
MolukkenMalukuAmboinaSeluruh Provinsi Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua, Papua Pengunungan, Papua Tengah, dan Papua Selatan
Timor en OnderhoorighedenTimor dan Daerah TaklukannyaKoepangSeluruh Provinsi Nusa Tenggara Timur ditambah Kabupaten Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima, dan Kota Bima
Bali en LombokBali dan LombokSingaradjaSeluruh Provinsi Bali ditambah Kabupaten Lombok Barat, Kota Mataram, Lombok Utara, Lombok Tengah, dan Lombok Timur

Bekas keresidenan sunting

Daftar Bekas keresidenan yang pernah ada di Jawa (1925–1931)[16]
Nama keresidenanIbukotaPeriodeBekas cakupan wilayah
Ejaan BelandaEjaan Indonesia
West PrianganPriangan BaratSoekaboemi1925–1931Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, dan Cianjur
Midden PrianganPriangan TengahBandoeng1925–1931Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Bandung Barat, Kota Cimahi dan Sumedang
Oost PrianganPriangan TimurTasikmalaja1925–1931Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Kota Banjar, dan Pangandaran
KrawangKarawangPoerwakarta1925–1931Kabupaten Karawang, Purwakarta, dan Subang
IndramajoeIndramayuIndramajoe1925–1931Kabupaten Indramayu dan Majalengka
TegalTegalTegal1928–1931Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Brebes
Noord BanjoemasBanyumas UtaraBanjoemas1928–1931Kabupaten Banyumas dan Purbalingga
Zuid BanjoemasBanyumas SelatanTjilatjap1928–1931Kabupaten Cilacap dan sebagian wilayah Kebumen (Kabupaten Karanganyar/Roma)
WonosoboWonosoboWonosobo1928–1931Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara
BagelenBagelenPoerworedjo1928–1931Kabupaten Purworejo dan sebagian wilayah Kebumen (Kabupaten Pandjer)
KoedoesKudusKoedoes1928–1931Kabupaten Kudus, Demak, dan Jepara
RembangRembangRembang1928–1931Kabupaten Rembang dan Pati
BloraBloraBlora1928–1931Kabupaten Blora dan Grobogan
GriseeGresikGrisee1928–1931Kabupaten Lamongan dan Gresik
ModjokertoMojokertoModjokerto1928–1931Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, dan Jombang
PonorogoPonorogoPonorogo1928–1931Kabupaten Ponorogo dan Pacitan
BlitarBlitarBlitar1928–1931Kabupaten Blitar, Kota Blitar, Trenggalek, dan Tulungagung
PasoeroeanPasuruanPasoeroean Bangil1928–1931Kabupaten Pasuruan dan Kota Pasuruan
ProbolinggoProbolinggoProbolinggo1928–1931Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, dan Lumajang
BondowosoBondowosoBondowoso1928–1931Kabupaten Bondowoso dan Situbondo
DjemberJemberDjember1928–1931Kabupaten Jember dan Banyuwangi
West MadoeraMadura BaratBangkalan1928–1931Kabupaten Bangkalan dan Sampang
Oost MadoeraMadura TimurPamekasan1928–1931Kabupaten Pamekasan dan Sumenep
Daftar Bekas keresidenan yang pernah ada di Semenanjung Melayu (1818–1825)
Nama keresidenanIbukotaPeriodeBekas cakupan wilayah
Ejaan BelandaEjaan Indonesia
MalaccaMelakaKota Melaka1818-1825Seluruh negara bagian Melaka di Malaysia (Distrik Melaka Tengah, Jasin dan Alor Gajah)

Rujukan sunting

  1. ^ "Keresidenan". KBBI Daring. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses tanggal 18 Januari 2019. 
  2. ^ a b Onley, James (2007). The Arabian Frontier of the British Raj: Merchants, Rulers, and the British in the Nineteenth-Century Gulf (dalam bahasa Inggris). New York: Oxford University Press, Inc. ISBN 978-0-19-922810-2. 
  3. ^ "Records of the British Residency and Agencies in the Persian Gulf". The National Archives (dalam bahasa Inggris). Pemerintah Britania Raya. Diakses tanggal 18 Januari 2019. 
  4. ^ Allday, Louis. "The British in the Gulf: an Overview". Qatar Digital Library (dalam bahasa Inggris). Perpustakaan Nasional Qatar. Diakses tanggal 18 Januari 2019. 
  5. ^ Miller, Isabel (2005). Lea, David; Rowe, Annamarie, ed. A Political Chronology of the Middle East (dalam bahasa Inggris). London: Europa Publications Limited. hlm. 19. ISBN 0-203-40305-3. 
  6. ^ Soeparmo, Yanti (2009). Hidayatullah, M. Irfan, ed. Runtuhnya Menara Azan: Jalinan Cinta dan Misteri di Tengah Pemberontakan Muslim Cilegon 1888. Bandung: PT Mizan Pustaka. hlm. 67. ISBN 978-602-8236-20-1. 
  7. ^ Nurcholis, Hanif. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Grasindo. hlm. 132. ISBN 9797597121. 
  8. ^ Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah (1978). Sejarah Daerah Jawa Timur. Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 133. 
  9. ^ Sutherland, Heather. Notes on Java's Regent Families - Part II (PDF). 
  10. ^ Agung, Ide Anak Agung Gde (1993). Koesoemanto, H.J.; Anggraini, Th. Enny, ed. Kenangan Masa Lampau: Zaman Kolonial Hindia Belanda dan Zaman Pendudukan Jepang di Bali. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 73. ISBN 979-461-156-5. 
  11. ^ Setiawan, Irfan (2014). Rekonstruksi Birokrasi Pemerintahan Daerah. Institut Pemerintahan Dalam Negeri. hlm. 166. 
  12. ^ Nurcholish, Hanif (2005). Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Gramedia Widiasarana Indonesia. hlm. 53. ISBN 9797590283. 
  13. ^ Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Penetapan Aturan-Aturan Pokok mengenai Pemerintahan Sendiri di Daerah-Daerah yang Berhak Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya Sendiri (PDF). Yogyakarta: Badan Pekerja Komite Nasional Pusat. 1948. hlm. 9, 11,1 dan 30. 
  14. ^ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Barat (PDF). Yogyakarta: Badan Pekerdja Komite Nasional Pusat. 1950. hlm. 1. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-01-28. Diakses tanggal 2019-01-20. 
  15. ^ Dutch East Indies (1942). Regeerings almanak voor Nederlandsch - Indie 1942. Batavia: Landsdrukkerij. 
  16. ^ "Java administrative divisions, 1925-1931 | Digital Atlas of Indonesian History - By Robert Cribb". web.archive.org. 2013-11-12. Archived from the original on 2013-11-12. Diakses tanggal 2021-04-11. 

Pustaka sunting