Kesejarahan Yesus

Historis Yesus Kristus
(Dialihkan dari Historisitas Yesus)

Historisitas Yesus, atau kesejarahan Yesus, berkenaan dengan sejauh mana keberadaan Yesus dari Nazaret, lahir c. 7–2 SM, sebagai seorang figur historis. Terdapat "konsensus yang nyaris universal" di kalangan akademisi biblika bahwa Yesus ada secara historis,[1][2][3][nb 1][nb 2][nb 3][nb 4] kendati mereka memiliki perbedaan pendapat mengenai keyakinan dan ajaran Yesus serta keakuratan detail kehidupan Yesus sebagaimana dideskripsikan dalam kitab-kitab Injil.[nb 5][9][nb 6][11]:168–173 Meskipun akademisi-akademisi mengkritik keilmuan tentang Yesus karena bias agama dan kurangnya kekukuhan metodologis,[nb 7] dengan sangat sedikit pengecualian, para kritikus tersebut umumnya mendukung historisitas Yesus, dan menolak teori mitos Yesus yang menyatakan bahwa Yesus tidak pernah ada.[13][nb 8][15][16][17]

Historisitas Yesus berbeda dengan studi terkait Yesus historis yang mengacu pada rekonstruksi ilmiah mengenai kehidupan Yesus, didasarkan terutama pada analisis kritis teks-teks Injil.[18][19][20] Sebaliknya, historisitas sebagai suatu subjek penelitian yang berbeda dari sejarah secara tepat berkaitan dengan dua isu mendasar berbeda. Pertama-tama hal ini berkaitan dengan proses perubahan sosial yang sistemik; yang kedua adalah intensi dan konteks sosial apa dari para penulis sumber-sumber tersebut yang dengannya dapat dibangun kebenaran peristiwa-peristiwa sejarah, dengan cara memisahkan laporan-laporan mitologis dari keadaan-keadaan faktual.[21]

Sumber pustaka

sunting

Para sarjana bidang sejarah kuno umumnya setuju bahwa Yesus pernah ada,[22][23][24][25] tetapi para sarjana berbeda pendapat mengenai historisitas episode-episode tertentu kehidupan Yesus yang dicatat di dalam Alkitab.[11]:181Kitab-kitab Injil Sinoptik adalah sumber utama informasi sejarah mengenai Yesus dan gerakan agamawi yang didirikan-Nya.[26][27][28] Kitab-kitab Injil agamawi ini – Injil Matius, Injil Markus, dan Injil Lukas– mencatat kehidupan, pelayanan, penyaliban dan kebangkitan seorang Yahudi bernama Yesus yang berbicara dalam bahasa Aram.

Para sejarawan meneliti kitab-kitab Injil secara analisis kritis dengan membedakan informasi otentik dan dapat dipercaya dengan yang diduga adalah karangan, berlebih-lebihan, dan pengubahan.[26]

Peristiwa yang umumnya diterima sebagai sejarah

sunting

Ada banyak perdebatan di kalangan sarjana mengenai detail kehidupan Yesus yang dicatat dalam kitab-kitab Injil, dan mengenai makna pengajaran-Nya,[11] sehingga hanya dua peristiwa yang mendapatkan "persetujuan hampir universal" adalah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan disalibkan atas perintah Prefek Romawi, Pontius Pilatus.[9][11][29][30]

Sebagian Peta Madaba kuno menunjukkan dua tempat yang mungkin menjadi lokasi baptisan
Penggambaran Bronzino mengenai Penyaliban Yesus dengan tiga paku, tanpa tali, dan suatu penunjang berdiri hypopodium, c. 1545

Para sarjana menetapkan berbagai tingkatan kepastian peristiwa-peristiwa seputar kehidupan Yesus. Kebanyakan menerima delapan unsur mengenai kehidupan Yesus dan pengikut-Nya ini sebagai fakta sejarah, yaitu:[9][31]

  • Yesus adalah seorang Yahudi Galilea.
  • Aktivitasnya terbatas pada daerah Galilea dan Yudea.
  • Ia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.
  • Ia memanggil murid-murid.
  • Ia mengakibatkan kontroversi di Bait Suci.
  • Yesus disalibkan oleh orang Romawi di dekat Yerusalem.[9][31]
  • Setelah kematian-Nya, murid-murid-Nya terus bekerja.
  • Sejumlah murid-murid-Nya dianiaya.[9][31]

Hampir semua sarjana modern ahli sejarah kuno setuju bahwa Yesus pernah hidup dan kebanyakan sarjana Alkitab dan sejarawan Klasik melihat teori yang menyangkal keberadaannya secara efektif telah dibantah.[22][24][25][nb 9][32] Tidak ada bukti saat ini bahwa keberadaan Yesus pernah disangkal pada masa kuno oleh mereka yang menentang Kekristenan.[33][34]

Teori mitos Yesus

sunting
The Resurrection of Christ ("Kebangkitan Kristus") karya Noel Coypel (1700)

Teori mitos Yesus adalah "pandangan bahwa tokoh y ang dikenal sebagai Yesus dari Nazaret tidak pernah ada dalam sejarah."[35]

Dalam kesarjanaan modern, teori mitos Yesus adalah teori yang dikesampingkan dan pada umumnya tidak mempunyai dukungan dari para sarjana.[36][37][38][24][39]

Lihat pula

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ Sambil membahas fakta "mencolok" bahwa "kita tidak memiliki catatan Romawi apapun yang membuktikan keberadaan Yesus," Ehrman menolak klaim bahwa hal ini berarti Yesus tidak pernah ada. Katanya, "Dia tentu ada, karena hampir setiap akademisi antikuitas yang kompeten, baik Kristen ataupun non-Kristen, sependapat berdasarkan bukti-bukti yang jelas dan pasti."[4]
  2. ^ Robert M. Price, seorang mantan apologis fundamentalis yang berubah menjadi ateis mengatakan bahwa keberadaan Yesus tidak dapat dikesampingkan, tetapi kemungkinannya kurang dibandingkan dengan non eksistensi. Ia sependapat bahwa perspektifnya bertentangan dengan pandangan sebagian besar akademisi.[5]
  3. ^ Michael Grant (seorang yang mendalami klasika) menyatakan bahwa, "Dalam beberapa tahun terakhir, 'tidak ada akademisi yang serius memberanikan diri untuk mendalilkan non historistias Yesus' atau pada tingkatan yang sangat sedikit, dan mereka belum berhasil menyingkirkan bukti-bukti yang jauh lebih kuat, yang memang sangat berlimpah, untuk menyatakan sebaliknya."[6]
  4. ^ "Ada orang-orang yang berpendapat bahwa Yesus adalah bagian dari imajinasi Gereja, bahwa Yesus sama sekali tidak pernah ada. Saya harus mengatakan bahwa saya tidak tahu jika ada akademisi kritis terhormat yang mengatakan hal itu lagi."[7]
  5. ^ Tentang "pembaptisan dan penyaliban", "kedua fakta [ini] dalam kehidupan Yesus mendapat persetujuan yang nyaris universal".[8]
  6. ^ "Bahwa [Yesus] disalibkan adalah sama pastinya seperti hal historis lainnya yang bisa didapatkan, karena baik Yosefus maupun Tasitus ... sependapat dengan laporan-laporan Kristen dalam hal-hal yang setidaknya adalah kenyataan dasar."[10]
  7. ^ ..."Pokok yang akan saya kemukakan di bawah adalah bahwa praktik-praktik pembuktian yang disepakati para sejarawan Yesua, terlepas dari upaya-upaya terbaik mereka, belum menjadi praktik historis yang kukuh.".[12]
  8. ^ "Teori-teori tidak meyakinkan yang menyatakan bahwa keberadaan Yesus merupakan suatu penemuan Kristen adalah sangat tidak masuk akal."[14]
  9. ^ Robert E. Van Voorst, referring to G.A. Wells: "The nonhistoricity thesis has always been controversial, and it has consistently failed to convince scholars of many disciplines and religious creeds... Biblical scholars and classical historians now regard it as effectively refuted".[13]

Referensi

sunting

Sumber

sunting
  • Brown, Raymond E. (1997). An Introduction to the New Testament. Doubleday. 
  • Daniel Boyarin (2004). Border Lines. The Partition of Judaeo-Christianity. University of Pennsylvania Press.
  • Doherty, Earl (1999). The Jesus Puzzle. Did Christianity Begin with a Mythical Christ?: Challenging the Existence of an Historical Jesus. ISBN 0-9686014-0-5
  • Drews, Arthur & Burns, C. Deslisle (1998). The Christ Myth (Westminster College-Oxford Classics in the Study of Religion). ISBN 1-57392-190-4
  • Ellegård, Alvar Jesus – One Hundred Years Before Christ: A Study in Creative Mythology, (London 1999).
  • France, R.T. (2001). The Evidence for Jesus. Hodder & Stoughton.
  • Freke, Timothy & Gandy, Peter. The Jesus Mysteries – was the original Jesus a pagan god? ISBN 0-7225-3677-1
  • George, Augustin & Grelot, Pierre (Eds.) (1992). Introducción Crítica al Nuevo Testamento. Herder. ISBN 84-254-1277-3
  • Koester, Helmut (1992). Ancient Christian Gospels. Harrisburg, PA: Continuum. ISBN 0-334-02450-1. 
  • Gowler, David B. (2007). What Are They Saying About the Historical Jesus?. Paulist Press.
  • Grant, Michael, Jesus: An Historian's Review of the Gospels, Scribner, 1995. ISBN 0-684-81867-1
  • Meier, John P., A Marginal Jew: Rethinking the Historical Jesus, Anchor Bible Reference Library, Doubleday
(1991), v. 1, The Roots of the Problem and the Person, ISBN 0-385-26425-9
(1994), v. 2, Mentor, Message, and Miracles, ISBN 0-385-46992-6
(2001), v. 3, Companions and Competitors, ISBN 0-385-46993-4
(2009), v. 4, Law and Love, ISBN 978-0-300-14096-5