Unduh PDFUnduh PDF

Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan otak yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi dan berfokus. Selain itu, penderita juga mengalami kesulitan untuk bisa tetap diam, selalu gelisah, dan terus berbicara menyerocos. Meskipun ADHD pada anak-anak sulit untuk ditangani, tetapi beberapa strategi akan membantu mengelola gejalanya sambil mengajari si anak kebiasaan yang baik. Setelah anak didiagnosis, mulailah menetapkan rutinitas dan struktur yang konsisten untuk memberikan fondasi solid bagi penanganan ADHD anak Anda.

Metode 1
Metode 1 dari 8:

Mendiagnosis ADHD pada Anak-Anak

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Pastikan apakah anak Anda menunjukkan tanda-tanda presentasi ADHD-lalai.
    Ada tiga jenis presentasi ADHD. Untuk menetapkan diagnosis, anak-anak usia 16 tahun dan di bawahnya harus menunjukkan setidaknya enam gejala pada lebih dari satu keadaan, selama minimal enam bulan. Tanda-tanda itu tidak sepantasnya ditunjukkan oleh orang pada tahap perkembangan tersebut, dan gejala itu dianggap mengganggu fungsi normal dalam latar sosial atau sekolah. Tanda-tanda ADHD (presentasi lalai) antara lain: [1]
    • Melakukan kesalahan dengan sembrono, tidak memperhatikan detail
    • Mengalami kesulitan untuk memperhatikan (saat mengerjakan tugas atau saat bermain)
    • Seperti tidak memperhatikan saat seseorang berbicara kepadanya
    • Tidak menindaklanjuti (PR, tugas-tugas di rumah, pekerjaan); mudah teralihkan
    • Tidak terorganisasi
    • Menghindari tugas yang membutuhkan fokus lama (seperti tugas sekolah)
    • Tidak bisa mengingat jejak atau sering kehilangan kunci, kacamata, kertas, peralatan, dll.
    • Mudah terganggu
    • Pelupa
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Pastikan apakah anak menunjukkan tanda-tanda presentasi ADHD hiperaktif-impulsif.
    Untuk menetapkan diagnosis, tanda-tanda ini harus berada dalam tingkat yang sudah sangat “mengganggu.” Perhatikan, apakah anak menunjukkan setidaknya enam tanda di bawah ini pada lebih dari satu keadaan, selama minimal enam bulan: [2]
    • Gelisah, mengeliat-geliat; mengetuk-ngetukkan tangan atau kaki
    • Merasa resah, berlari-lari atau memanjat dengan tidak semestinya
    • Perlu berjuang keras untuk bisa bermain tanpa berisik atau untuk melakukan aktivitas dalam sunyi
    • Selalu siap sedia, seperti digerakkan oleh mesin
    • Sangat cerewet
    • Meledak bicara bahkan sebelum pertanyaan diajukan
    • Perlu berjuang keras untuk bisa menunggu hingga gilirannya tiba
    • Memotong orang lain, menyelipkan diri ke diskusi atau permainan orang lain.
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Perhatikan apakah anak memiliki kombinasi presentasi ADHD.
    Presentasi ADHD ketiga adalah ketika subjek menunjukkan tanda-tanda ADHD-lalai sekaligus hiperaktif-impulsif. Jika anak menunjukkan minimal enam tanda dari masing-masing kategori, kemungkinan dia menderita kombinasi presentasi ADHD. [3]
    • Jika Anda tidak yakin dengan perilaku anak, tanyakan kepada orang dewasa lain dan teman-teman si anak. Misalnya kepada teman-teman si anak, orang tua dari teman anak Anda, guru, atau pelatih olahraganya. Pendidik dan pekerja profesional mungkin memiliki lebih banyak konteks untuk perilaku anak Anda, karena mereka telah bekerja dengan banyak anak.
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Dapatkan diagnosis dari pekerja kesehatan mental profesional.
    Jika Anda ingin memastikan level ADHD anak, carilah bantuan pekerja kesehatan mental untuk membuat diagnosis resmi. Dia juga bisa memastikan apakah tanda-tanda yang ditunjukkan oleh anak bisa dijelaskan dengan lebih baik atau bisa dikategorikan pada gangguan psikiatrik lainnya.
  5. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 5 Tanyakan kepada pekerja kesehatan mental profesional mengenai jenis gangguan lain.
    Bicarakan dengan dokter atau pekerja kesehatan mental tentang gangguan lainnya atau kondisi yang mungkin memiliki tanda-tanda mirip ADHD. Satu di antara lima penderita ADHD didiagnosis menderita gangguan serius lain (biasanya dengan gangguan depresi dan bipolar).
    • Sepertiga anak ADHD juga menderita gangguan perilaku (perilaku mengganggu, gangguan sikap menentang). [4]
    • ADHD juga cenderung diderita berbarengan dengan kesulitan belajar dan kecemasan.[5]
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 8:

Membangun Pengorganisasian dan Struktur di Rumah

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Buatlah struktur dan rutinitas dalam keseharian Anda.
    Kunci menuju kesuksesan terletak pada penetapan jadwal dan rutinitas yang konsisten, dikombinasikan dengan pengorganisasian dan struktur. Sistem seperti ini akan meredakan stres pada anak ADHD sekaligus mengurangi perilaku buruk yang cenderung muncul akibat stres tersebut. Semakin sedikit stres, semakin besar sukses; semakin besar sukses—dan semakin banyak dipuji[6]—semakin baik pula kepercayaan diri. Pada gilirannya, siklus berantai ini akan memberikan fondasi bagi kesuksesan anak di masa yang akan datang. [7]
    • Pasanglah papan tulis dan buatlah jadwal hari itu. Gantung di dapur, ruang tengah, atau di tempat yang terlihat dengan jelas.
    • Memajang jadwal dan kewajiban di rumah akan mengingatkan si anak mengenai hal-hal yang harus mereka lakukan dan mengurangi mereka berdalih, “Aku lupa.”
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Uraikan tugas menjadi bagian-bagian kecil.
    Tugas yang diberikan kepada Anak ADHD harus diuraikan secara bertahap—dipotong-potong—dan disampaikan per langkah atau dalam bentuk urutan tertulis. Orang tua harus memberikan umpan balik positif setelah si anak menyelesaikan setiap tahap. [8][9]
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Pertahankan struktur selama sekolah libur.
    Masa libur panjang bisa menjadi saat-saat yang sulit bagi orang tua dengan anak ADHD: struktur dan jadwal selama setahun bersekolah mendadak berakhir. Dengan hilangnya struktur, anak-anak ADHD bisa mengalami tingkat stres yang lebih tinggi dan menunjukkan lebih banyak gejala. Pertahankan jadwal dan rutinitas sebisa mungkin untuk menurunkan tingkat stres semua orang.
    • Bayangkan, selama setahun ajaran ini Anda seolah berjalan di atas seutas tali yang terentang tinggi di atas. Tiba-tiba, tali itu putus dan Anda pun terjun bebas ke tanah tanpa jaring pengaman. Seperti itulah masa liburan panjang bagi anak ADHD: terjun bebas tanpa jaring pengaman. Berusahalah untuk mengingat kondisi anak untuk berempati dengan pengalamannya.
    • Cobalah mengubah jadwal secara bertahap. Misalnya, jika anak bangun pada pukul 5 pagi sepanjang masa sekolah, pada minggu pertama liburan, bangunkan dia pada pukul 5:30 pagi; pada minggu kedua, bangunkan pukul 6 pagi. Perubahan jadwal secara bertahap bisa mempermudah anak menyesuaikan diri ke jadwal yang baru.
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Bantulah anak memahami manajemen waktu.
    Anak ADHD tidak memiliki konsep mengenai waktu.[10] Penderita ADHD berjuang keras dengan masalah waktu, baik dalam menaksir jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah tugas, maupun untuk memperkirakan berapa lama waktu yang sudah berlalu. Minta anak melapor kepada Anda atau minta dia menyelesaikan tugas pada waktu tertentu yang ditetapkan. Misalnya:
    • Belilah alat pengatur waktu untuk dia bawa saat Anda ingin dia kembali 15 menit kemudian, misalnya. Atau putarlah lagu dan beri tahu dia untuk menyelesaikan tugasnya pada saat lagu tersebut berakhir.
    • Anda bisa mengajari anak untuk menggosok gigi selama lagu ABC atau Selamat Ulang Tahun disenandungkan, dan berhenti saat lagu selesai.
    • Buat permainan “Berlomba dengan Waktu” dengan berusaha menyelesaikan tugas sebelum lagu berakhir.
    • Sapulah lantai sesuai ritme lagu.[11]
  5. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 5 Buatlah sistem penyimpanan.
    Anak ADHD terus berusaha memahami lingkungan mereka. Orang tua bisa membantunya dengan mengorganisasi rumah, terutama kamar tidur anak dan area bermain. Buatlah sistem penyimpanan yang memilah-milah barang sesuai kategori dan mengurangi penumpukan yang bisa memicu timbulnya rasa kewalahan.
    • Buatlah kotak penyimpanan dengan kode warna, gantungan di dinding, juga rak terbuka.
    • Gunakan gambar atau label kata untuk mengingatkan mereka benda apa harus dimasukkan ke mana.[12][13]
    • Labeli kotak penyimpanan dengan gambar yang sesuai. Buatlah kotak penyimpanan terpisah untuk mainan-mainan yang berbeda (misalnya, boneka di kotak kuning bergambar Barbie, mainan My Little Pony di kotak hijau bergambar kuda poni, dll.). Pisahkan pakaian, misalnya laci untuk kaus kaki ditempeli gambar kaus kaki, dst. [14][15]
    • Simpan kotak penyimpanan di lokasi strategis di rumah, tempat Anda bisa menumpuk mainan anak, kertas, Lego, dan barang-barang lain yang cenderung terserak ke seluruh ruangan. Anak ADHD lebih mudah untuk disuruh mengosongkan kotak daripada memunguti semua barang di ruang tengah. [16]
    • Anda juga bisa menetapkan peraturan, misalnya kalau sampai Anda menemukan boneka Darth Vader terserak di ruang tengah untuk ketiga kalinya, boneka tersebut akan disita selama seminggu, atau kotak mainan dengan semua “harta karun” istimewa di dalamnya akan disita selama beberapa waktu.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 8:

Membantu Anak Sukses di Sekolah

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Berkoordinasilah dengan guru anak Anda.
    Temui guru anak Anda untuk membahas berbagai topik, termasuk soal imbalan dan konsekuensi yang efektif, rutinitas PR yang efektif, bagaimana cara Anda dan guru berkomunikasi secara teratur mengenai masalah dan keberhasilan, bagaimana Anda meniru apa yang dilakukan guru di ruang kelas agar tindakan yang ditunjukkan kepada anak lebih konsisten, dll. [17]
    • Beberapa murid ADHD bisa lebih mudah meraih sukses dengan menetapkan jadwal, rutinitas, dan metode komunikasi PR yang konsisten, serta memanfaatkan alat pengorganisasian yang efektif, seperti buku agenda, map dengan kode warna, dan daftar cek.
    • Bertindak seiring sejalan dengan guru akan menghilangkan dalih, “Kata Bu/Pak Guru bukan begitu.”
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Gunakan buku agenda harian untuk anak Anda.
    Pengorganisasian dan rutinitas yang konsisten akan menghindarkan kekacauan terkait PR. Anda juga dianjurkan untuk sebisa mungkin berkoordinasi dengan guru. Apakah guru memberikan daftar PR setiap hari, atau apakah sekolah memberikan buku agenda? Jika tidak, belilah buku agenda yang mempunyai banyak ruang untuk menulis catatan harian dan beri tahu anak cara menggunakannya.
    • Jika guru tidak bisa atau tidak bersedia berkomitmen untuk membuat agenda setiap hari, mintalah guru untuk mencarikan murid yang bisa bertanggung jawab—teman belajar[18]—untuk mengecek agenda sebelum pulang sekolah setiap siang.
    • Jika anak sulit mengingat tugas, maka sesampainya dia di rumah setiap hari, periksalah langsung daftar PR anak di agenda. Jika anak ingat dan menulis PR yang ditugaskan, beri dia pujian.
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Berilah anak hadiah berupa pujian.
    Pujian adalah cara terbaik dan termudah untuk mendorong dia agar mau belajar dan bersikap baik. Berikan umpan balik positif atas pekerjaan mereka yang sudah membuat Anda bangga. Cara ini juga akan memperbaiki hubungan pribadi Anda dan dia dalam jangka panjang.[19]
    • Setiap kali buku agenda itu dibawa pulang, pastikan Anda memujinya. Kemudian pastikan buku tersebut dimasukkan kembali ke dalam tas anak setiap pagi sebelum sekolah. Atur juga agar teman belajarnya mengingatkan dia setiap pagi untuk menyerahkan PR.
    • Berikan imbalan pada anak atas usaha dan kerja kerasnya untuk melakukan hal yang benar, sekalipun dia gagal. Tindakan ini akan mengajari anak bahwa etos kerja—sekalipun gagal—adalah kecakapan yang harus dimiliki.
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Tetapkan rutinitas pengerjaan PR yang konsisten.
    PR harus diselesaikan pada waktu dan tempat yang sama setiap hari. Siapkanlah persediaan alat tulis yang banyak, aturlah di tempatnya masing-masing jika Anda memiliki tempat yang cukup.
    • Jangan langsung kerjakan PR sepulang anak sekolah. Biarkan dia membuang sisa energinya dengan mengendarai sepeda atau memanjat pohon selama 20 menit, atau biarkan dia mengobrol dan mengeluarkan semua celotehan sebelum Anda menyuruhnya duduk diam dan mengerjakan PR.
    • Jangan izinkan anak menunda atau mengesampingkan tugasnya. Beberapa anak menggunakan teknik pengalihan perhatian, seperti meminta camilan, pergi ke WC, atau mengeluh lelah dan ingin tidur siang. Walaupun hal ini valid dan normal diminta anak-anak, tetapi Anda harus memperhatikan, kapan dalih ini digunakan anak untuk menghindari tugasnya.
  5. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 5 Tinjaulah PR bersama anak.
    Tunjukkan bagaimana Anda mengatur pekerjaan dan merekomendasikan cara untuk memprioritaskan tugas. Urailah tugas besar ke dalam beberapa tahap dan tentukan tenggat waktu untuk masing-masing tahap.[20] [21]
    • Sediakan camilan yang bagus untuk otak, seperti kacang, saat Anda meninjau tugas anak.
    • Anda sangat dianjurkan untuk berkomunikasi dengan guru mengenai PR: bagaimanakah yang benar dan bagaimanakah cara mengerjakan PR yang benar. Anda tentu tidak ingin mengajari anak dengan metode atau peraturan yang bertolak belakang dengan gurunya, dalam hal konsistensi dan struktur sekalipun.
  6. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 6 Bantu anak untuk menjaga peralatan sekolah.
    Banyak anak ADHD mengalami kesulitan mengenali barang-barang miliknya dan bingung untuk memutuskan atau mengingat buku mana yang harus dibawa pulang—terlebih lagi mengingat untuk membawanya kembali ke sekolah keesokan hari.
    • Beberapa guru memperbolehkan muridnya memiliki satu set buku pelajaran untuk dipakai di rumah. [22] Ini juga bisa diaplikasikan untuk program pendidikan anak berkebutuhan khusus.
    • Buatlah daftar barang yang harus dibawa oleh anak ketika dia hendak meninggalkan rumah, dan letakkan di dekat pintu. Periksa daftar ini setiap hari sebelum anak berangkat ke sekolah.
    • Mungkin Anda ingin mengontrol dan mengingat semuanya, meskipun anaklah yang seharusnya bertanggung jawab atas hal tersebut. Namun, anak Anda bukan hanya membutuhkan buku pelajarannya untuk mengerjakan PR saja, tetapi dia juga harus mengingatnya untuk belajar bertanggung jawab dan mengikuti jadwal.
    • Jika memungkinkan, gunakan buku atau sumber dari internet dan letakkan kata sandi di suatu tempat di rumah. Beberapa anak lebih nyaman menggunakan komputer untuk mengerjakan PR dan membaca.
  7. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 7 Dukunglah anak untuk berinteraksi dengan teman sebayanya.
    Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi penderita ADHD sebagai orang dewasa adalah mereka kurang belajar bersosialisasi ketika masih kanak-kanak.[23] Pilihlah aktivitas yang anak sukai dan bisa diselipkan ke dalam rutinitas Anda.
    • Anjurkan anak untuk berpartisipasi dalam interaksi dengan teman sebayanya, seperti dalam pramuka, tim olahraga, dan menari.
    • Carilah organisasi yang bisa memfasilitasi Anda dan anak untuk melakukan aktivitas sukarela bersama-sama, seperti di organisasi-organisasi sukarelawan lokal.
    • Adakan pesta dan ajaklah orang-orang untuk datang. Aktivitas seperti ini akan membantu anak menjalani hidup senormal mungkin. Jika anak Anda diundang ke pesta ulang tahun, berdiskusilah secara terus terang kepada orang tua yang mengadakan pesta, dan jelaskan bahwa Anda harus ikut hadir untuk bertindak sebagai penjaga—dan sebagai penegak disiplin jika diperlukan. Mereka pasti akan menghargai keterusterangan Anda, dan anak akan mendapatkan manfaat dari pengalaman tersebut.
  8. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 8 Lakukan permainan peran untuk mempersiapkan anak menghadapi peristiwa asing.
    Anda bisa mengurangi potensi kecemasan anak dengan berpura-pura memerankan situasi yang akan dia hadapi dan membuatnya gugup ini. Selain membuat anak akrab dan nyaman menghadapi acara tersebut, permainan peran akan membuat Anda melihat kemungkinan reaksi si anak, jadi Anda bisa memandunya untuk memberikan respons yang pantas. [24] Cara ini sangat berguna terutama untuk mempersiapkan anak bertemu orang baru, menyelesaikan pertengkaran dengan teman, atau masuk ke sekolah baru.
    • Jika anak tidak ingin bermain peran bersama Anda, minta tolonglah pada terapis atau orang dewasa tepercaya lain.
    • Ketika bermain peran, identifikasilah cara dan teknik untuk menguasai situasi tersebut. Tulislah dan bahas dengan anak kenapa cara dan teknik tersebut berguna.
  9. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 9 Cari tahu mengenai layanan khusus di sekolah anak Anda.
    Di Amerika, anak-anak dimasukkan ke layanan gratis kebutuhan khusus berdasarkan dua alasan dasar: mereka termasuk ke dalam kualifikasi cacat, atau secara akademis mereka tertinggal jauh dibandingkan teman-teman sebayanya. Jika orang tua sudah menyadari bahwa anak mereka tidak berhasil di sekolah dan membutuhkan bantuan tambahan (pendapat ini biasanya muncul setelah berdiskusi dengan guru kelas), orang tua bisa minta diadakan evaluasi pendidikan khusus. Hubungilah pihak sekolah anak untuk menanyakan layanan kebutuhan khusus ini.
    • Permintaan ini harus dibuat secara tertulis. [25]
    • Bantuan bisa diberikan dalam berbagai bentuk, mulai dari akomodasi minor (misalnya anak diberikan waktu tambahan saat ujian) hingga kelas mandiri dengan guru serta guru bantu yang khusus terlatih menangani anak-anak yang menunjukkan gangguan perilaku. [26]
    • Setelah terbukti bahwa anak termasuk ke dalam kualifikasi ADHD, dia harus mendapatkan layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, seperti didampingi oleh guru bantu yang terlatih khusus untuk ini.
    • Waspadailah sekolah yang memberi tahu Anda bahwa ADHD bukan termasuk ke dalam kualifikasi cacat. ADHD memang tidak terdaftar sebagai salah satu dari 13 kategori cacat dalam bahasa Individuals with Disabilities Education Act (IDEA)—Undang-Undang Pendidikan Individu Penyandang Cacat—tetapi kategori nomor 9 adalah “gangguan kesehatan lainnya,” yang kemudian didefinisikan sebagai “... masalah kesehatan kronis atau akut seperti asma, Attention Deficit Disorder (ADD) atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)... yang memengaruhi performa pendidikan anak.” [27]
  10. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 10 Dapatkan Individualized Education Plan (IEP)—Perencanaan Pendidikan Individual—bagi anak.
    IEP adalah adalah dokumen formal yang dibuat oleh staf sekolah dan orang tua, yang berisi tujuan akademis, perilaku, dan sosial anak berkebutuhan khusus. Perencanaan ini termasuk penentuan hasil serta intervensi khusus yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. IEP berisi keputusan yang dibuat tentang ruang kelas mandiri, persentase waktu anak berada di kelas umum, akomodasi, disiplin, tes, dll.
    • Tanyakan kepada pihak sekolah, apakah Anda harus menyediakan dokumentasi diagnosis ADHD anak untuk mendapatkan IEP. Lengkapilah evaluasi pendidikan khusus yang menunjukkan bahwa gangguan yang diderita anak memang mengganggu pendidikannya. Kemudian, sekolah akan meminta Anda untuk ikut dalam pertemuan IEP. Hubungilah pihak sekolah anak untuk menanyakan layanan khusus ini. Sekolah harus mengundang orang tua ke pertemuan rutin IEP untuk mengevaluasi perkembangan anak dan efektivitas perencanaan pendidikan yang dibuat. Baru kemudian dilakukan penyesuaian jika memang perlu. Sekolah terikat secara hukum untuk mengikuti panduan yang tertera dalam IEP. Guru yang tidak mengikuti IEP bisa dimintai pertanggungjawaban.
    • Pastikan IEP dibuat khusus untuk anak Anda dan masukan dari Anda disertakan ke dalam formulir. Jangan tanda tangani IEP yang sudah lengkap sebelum Anda meninjau dan menambahkan masukan. [28]
    • Setelah anak mendapatkan IEP awal, Anda akan lebih mudah untuk menetapkan layanan pendidikan khusus ketika pindah sekolah.
  11. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 11 Lakukan yang terbaik demi kepentingan anak.
    Sayangnya, dengan kerja sama dan usaha optimal dari pihak-pihak terkait pun, banyak anak yang masih tidak berhasil. Kemungkinan besar mereka membutuhkan layanan yang lebih intensif dari sekolah atau institusi pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Pada beberapa kasus, metode mengajar yang kaku oleh guru yang tidak fleksibel adalah masalahnya [29] dan orang tua harus mencari bantuan administratif atau mengganti guru, sekolah, atau mencari pilihan pendidikan khusus lainnya. Pilihlah cara yang paling cocok bagi situasi Anda untuk memastikan keberhasilan maksimal bagi anak.
    Iklan
Metode 4
Metode 4 dari 8:

Membuat Anak Berhasil Mengerjakan Tugas

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Hindarilah pertengkaran soal tugas dengan cara memberi anak rutinitas dan konsistensi.
    Kurangi perdebatan dan amarah ketika memberikan tugas dengan cara mengatur dan menetapkan waktu yang konsisten terkait kapan tugas itu diberikan. Berikan pula hadiah rutin jika memungkinkan. Misalnya:
    • Jangan langsung menyajikan makanan penutup setelah makan malam, tetapi sajikanlah setelah anak membersihkan meja dan meletakkan piring kotor di tempat cuci piring.
    • Camilan sore akan disediakan setelah anak membantu membuang sampah ke tempat sampah di luar rumah.
    • Anak harus merapikan tempat tidur terlebih dulu sebelum diperbolehkan bermain ke luar.
    • Anak harus memberi makan hewan peliharaan terlebih dulu sebelum sarapan pagi.
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Berikan satu perintah dalam sekali waktu.
    Berkenaan dengan tugas, tetapkan rutinitas yang menunjukkan perintah yang konsisten dan berikan perintah secara bertahap. Kemudian mintalah anak mengulangi perintah tersebut dan pujilah dia pada setiap tahapnya.[30] Misalnya:
    • Tugas setelah makan: Pertama, taruh piring ke tempat cuci piring. (“Anak pintar!”). Sekarang letakkan gelas ke tempat cuci piring. (“Bagus, Nak!”). Terakhir, bersihkan meja makan...
    • Tugas merapikan pakaian bersih setelah selesai disetrika: Pertama, kumpulkan semua celana panjang kamu dan tumpuk di sini. (“Hebat!”). Sekarang, taruh semua kaus kamu di sini. (“Anak Mama jago!”). Lalu cari semua kaus kaki... Kemudian mintalah anak menyimpan semua pakaian bersihnya ke lemari. Satu tumpuk dalam sekali waktu.
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Berikan tanda visual sebagai pengingat.
    Gunakan kalender, jadwal tertulis, dan papan tugas untuk mengingatkan anak akan tugas yang harus dia kerjakan. Semua ini akan mengeliminasi dalih “Aku lupa”.[31]
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Buatlah agar tugas terasa menyenangkan bagi anak.
    Jika memungkinkan, carilah cara untuk selalu membuat tugas menjadi lebih menyenangkan dan untuk mengurangi stres pada tugas tersebut. Anda harus mengajari anak kepatuhan, kerja sama, dan kerja keras—sekaligus bersenang-senang.[32]
    • Serukan perintah dalam berbagai suara konyol atau biarkan “boneka yang menyerukan perintah”.
    • Berjalanlah mundur ketika mengecek perkembangan tugas sambil mengeluarkan bunyi “bip bip bip”.
    • Mintalah anak berdandan dengan kostum kesukaannya, misalnya Cinderella, ketika melakukan tugas pagi, dan mainkan musik dari film yang bisa ikut dia nyanyikan sembari bekerja.[33]
    • Awasi terus sikap anak. Jika Anda melihat dia mulai capek, buatlah tugas selanjutnya sekonyol mungkin atau suruh dia melakukannya dengan gerakan tertentu. Katakan kepadanya, “Berpura-puralah sebagai hiu ketika kamu meletakkan buku ini di meja.” Atau istirahatlah sejenak untuk makan kue. [34]
    Iklan
Metode 5
Metode 5 dari 8:

Mendisiplinkan Anak

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Bersikaplah konsisten untuk soal disiplin.
    Semua anak harus bersikap disiplin dan belajar bahwa perilaku yang buruk akan mendapatkan konsekuensi. [35][36] Untuk bisa mengubah perilaku, penerapan disiplin harus konsisten. Kurangnya konsistensi bisa membuat anak kebingungan dan bersikap keras kepala.
    • Anak harus tahu peraturan dan konsekuensi jika dia melanggarnya.
    • Konsekuensi harus diberikan setiap kali peraturan tersebut dilanggar.
    • Sebagai tambahan, konsekuensi harus tetap diberikan ketika anak bersikap buruk di rumah maupun di tempat umum.
    • Semua orang dewasa yang terlibat mengurus anak harus mendisiplinkannya dengan cara yang sama. [37] Jika ada salah satu orang dewasa yang lemah di lingkungan si anak, maka kelemahan tersebut akan selalu dimanfaatkan oleh anak. Anak akan “mencari jawaban yang lebih meringankan dia” atau memainkan “politik adu domba” di antara orang dewasa. Pastikan pembantu, pengasuh di tempat penitipan anak, kakek dan nenek, dan orang dewasa lain yang ikut merawat anak memiliki pola asuh yang sama dengan Anda terkait konsekuensi yang konsisten, langsung, dan tegas.
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Tegakkan disiplin dengan segera.
    Konsekuensi untuk masalah perilaku harus langsung diberikan. Jangan tunda lagi. Penderita ADHD sering kali susah memahami konsep waktu,[38] jadi menunda konsekuensi tidak akan membuat mereka memahami arti hukuman tersebut. Penundaan juga akan memicu ledakan amarah jika anak lupa bahwa konsekuensi itu diberikan untuk pelanggaran sebelumnya, yang bisa saja dia anggap sudah terjadi setahun lalu.[39][40]
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Pastikan konsekuensinya tegas.
    Jika konsekuensi untuk melanggar lampu lalu lintas di jalan raya hanyalah denda sebesar Rp1.000,00, maka akan ada banyak orang yang melanggar lampu lalu lintas. Konsekuensi seperti ini tidak cukup tegas untuk bisa mengubah perilaku.
    • Kita cenderung mengamati lampu lalu lintas dengan lebih teliti untuk menghindari konsekuensi tilang yang berat serta sidang. Hal yang sama berlaku untuk anak ADHD. Konsekuensi yang diberikan harus cukup kuat untuk bisa bertindak sebagai metode pencegahan.[41][42]
    • Bersikaplah tegas tetapi adil. Anda bisa bertanya kepada anak sekali-kali, yang bagaimanakah yang menurut dia adil. Dengan begitu Anda bisa mendapatkan patokan mengenai konsekuensi seperti apa yang termasuk tegas.
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Kendalikan emosi Anda sendiri.
    Ini memang lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, tetapi Anda tidak boleh merespons perilaku buruk anak secara emosional. Kemarahan atau suara yang meninggi hanya akan memicu kegelisahan atau malah menunjukkan kepada anak bahwa dia bisa mengendalikan Anda dengan cara membuat Anda marah. Tetap bersikap tenang dan penuh kasih sayang justru akan membuat pesan yang ingin Anda sampaikan diterima dengan baik oleh anak. Sebelum bertindak, cek diri sendiri untuk memastikan bahwa Anda merespons dengan cara yang ingin Anda lakukan pada saat berkepala dingin.[43]
    • Jika Anda membutuhkan waktu untuk menenangkan diri, tetapi Anda juga harus memberikan konsekuensi dengan segera, katakan kepada anak, “Mama sangat kecewa kepadamu dan sekarang Mama belum bisa memikirkan konsekuensi atas tindakan kamu. Kita akan membicarakannya besok, tapi kamu harus tahu bahwa kamu sudah melakukan kesalahan, Nak.” Katakan itu dengan tenang dan nada datar, jangan dengan nada mengancam.
    • Kenalilah pentingnya emosi dan jangan bersikap emosional. Ada garis tipis di antara “mengetahui pengaruh emosi dan perasaan sayang kita kepada anak” dan “membiarkan emosi tersebut mengontrol keputusan penting yang kita buat ketika mengurus anak”.
    • Buatlah mekanisme untuk menenangkan diri dan menangani emosi Anda sebelum merespons keadaan secara emosional.
  5. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 5 Bersikaplah tegas dan pegang teguh peraturan yang telah Anda buat.
    Anak bisa saja meminta kelonggaran hingga sepuluh kali dan Anda sudah mengatakan “Tidak” sebanyak sembilan kali. Tetapi jika pada akhirnya Anda menyerah, pesan yang diberikan dan ditangkap oleh anak adalah: “dia harus terus rewel hingga Anda bosan dan menyerah, dan dia akan menang.”[44]
    • Jika pada saat itu anak terus bersikeras, Anda bisa menjawab, “Kalau memang kamu mengotot, kita bisa membahas soal perubahan peraturan akhir pekan ini. Tetapi sekarang, kamu harus mengikuti peraturan yang sudah kita sepakati sebelumnya.”
  6. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 6 Jika anak berperilaku buruk, jangan melimpahinya dengan perhatian.
    Beberapa anak ingin sekali diperhatikan hingga sengaja menunjukkan perilaku buruk untuk mendapatkannya. Sebaliknya, hadiahilah perilku baik dengan limpahan perhatian, dan berikan konsekuensi pada perilaku buruk secara terfokus, agar sikap perhatian tersebut tidak diartikan sebagai hadiah. [45]
  7. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 7 Jangan berdebat maupun memfasilitasi keinginan anak.
    Setelah Anda memberikan perintah spesifik, maka perintah tersebut harus diikuti tanpa kecuali, karena Andalah—orang dewasa—yang bertanggung jawab atasnya. Jika Anda membiarkan anak mendebat, dia akan melihat hal itu sebagai celah untuk menang. Banyak anak sengaja berdebat hingga pihak lawan capek dan menyerah. Jangan beri anak kesempatan tersebut, dan tetapkan aturan yang bisa Anda jadikan sebagai preseden objektif.[46][47]
    • Jika anak tidak mengakui otoritas aturan Anda, tingkatkan peraturannya. Dalam situasi lain yang lebih tenang, tanyakan kepada anak peraturan seperti apa yang menurut dia adil. Pikirkan apakah Anda bisa menegosiasikan kompromi agar anak bisa lebih mematuhi peraturan dan Anda berdua puas dengan hasilnya.
  8. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 8 Berikan konsekuensi.
    Jika Anda sudah mengancam dengan konsekuensi yang berat dan dia tetap berperilaku buruk, jatuhilah anak dengan hukuman yang sudah dijanjikan. Jika Anda tidak memberinya hukuman, anak tidak akan menurut jika lain kali Anda menyuruhnya untuk berperilaku baik, atau jika lain kali Anda melarangnya berperilaku buruk. Ini terjadi karena di mata anak, Anda sudah memiliki rekam jejak tertentu.[48]
  9. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 9 Bicaralah hanya ketika anak sedang memperhatikan Anda.
    Pastikan anak melakukan kontak mata dengan Anda. Jika Anda menyuruh sesuatu, pastikan perintahnya singkat dan mintalah dia mengulangi perintah tersebut di hadapan Anda. Tunggu hingga pekerjaannya selesai sebelum Anda menyuruh dia melakukan sesuatu yang lain.[49]
  10. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 10 Ingatlah, anak Anda itu unik.
    Sekalipun dia memiliki saudara, jangan membandingkannya dengan anak lain, terutama dengan saudaranya. Basis otak anak ADHD memiliki perbedaan dan sering kali membutuhkan perlakuan khusus.[50] Secara umum, Anda harus lebih sering mengingatkan anak ADHD, membuat tugas yang lebih pendek, memberikan standar penyelesaian yang berbeda, dll. Anak ADHD menunjukkan tanda-tanda tertentu dan mereka hidup dengan cara yang sangat berbeda dengan orang lain. Anak Anda berbeda dan akan bertindak berbeda.
  11. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 11 Gunakan waktu setrap (hukuman dengan timeout) dengan efektif.
    Alih-alih menggunakan momen setrap dengan membiarkan anak berdiam diri, lebih baik manfaatkan waktu ini[51] sebagai kesempatan untuk anak menenangkan diri dan merenungkan kejadian yang barusan terjadi. Setelah selesai, dia harus membahas kejadian tersebut dengan Anda, kenapa itu terjadi, bagaimana cara menyelesaikannya, dan bagaimana cara mencegahnya agar tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang. Anda juga bisa membahas mengenai konsekuensinya jika itu terjadi lagi.
    • Pilih titik tertentu di rumah, tempat anak bisa berdiri atau duduk dengan tenang. Tempat ini harus jauh dari televisi, kalau tidak, dia akan teralihkan. Tentukan berapa lama dia harus duduk diam di tempat tersebut, menenangkan diri (biasanya lebih dari satu menit per jumlah umur anak). Setelah sistem bisa ini dijalankan dengan lebih stabil, suruh anak untuk tetap berada di tempat tersebut hingga dia benar-benar tenang.
    • Kemudian bicarakanlah. Kuncinya adalah membiarkan anak memiliki waktu untuk diam, dan berikan pujian jika dia berhasil melakukannya. Jangan anggap setrap ini sebagai hukuman, anggaplah ini waktu untuk memprogram ulang diri anak.
  12. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 12 Antisipasilah masalah yang kemungkinan muncul.
    Jika Anda memiliki anak ADHD, Anda harus mahir mengantisipasi apa yang akan terjadi. Antisipasilah masalah yang mungkin akan muncul, dan rencanakan intervensi untuk mencegahnya.[52]
    • Bantu anak memahami konsep sebab-akibat dan mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah dengan memecahkannya bersama-sama jika memungkinkan. [53] Biasakan Anda memikirkan dan membahas akibat buruk yang mungkin terjadi bersama anak, misalnya sebelum makan malam, saat hendak berbelanja makanan, menonton film ke bioskop, atau pergi ke tempat umum lain. [54]
    • Sebelum berangkat, mintalah anak mengulang dengan suara keras mengenai hadiah untuk perilaku baik dan konsekuensi untuk perilaku buruk.[55] Lalu, pada saat anak mulai berulah di tempat yang Anda tuju, mintalah dia mengulangi kesepakatan mengenai hadiah atau konsekuensi yang akan dia terima. Cara ini biasanya cukup untuk membuat Anda berhasil menjalani hari tanpa insiden.
    Iklan
Metode 6
Metode 6 dari 8:

Menggunakan Penguatan Positif

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Gunakan masukan positif.
    Anda bisa membuat seseorang bekerja sama dengan lebih baik jika Anda memintanya secara baik-baik, alih-alih dengan cara menuntut atau mengancamnya. Penderita ADHD justru lebih sensitif pada ancaman atau tuntutan, karena mereka cenderung merasa “selalu” mengacau atau bermasalah. Terlepas dari gaya pengasuhan atau kepribadian Anda, Anda harus berusaha keras untuk selalu bersikap positif kepadanya: penderita ADHD harus lebih sering dipuji daripada dikritik. Masukan positif harus jauh lebih banyak daripada umpan balik negatif, untuk mengimbangi semua perasaan gagal yang umumnya dia hadapi sehari-hari.[56]
    • Pujilah anak atas kerja keras dan usahanya untuk melakukan sesuatu dengan baik, alih-alih atas hasilnya.
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Tulis peraturan rumah dalam bentuk pernyataan positif.
    Jika memungkinkan, ubahlah peraturan rumah agar terkesan positif.[57]
    • Misalnya, alih-alih teguran, “Jangan memotong orang bicara!”, peraturan tersebut bisa diujarkan seperti, “Tunggu giliranmu, ya.” atau “Tunggu sampai saudaramu selesai berbicara.”
    • Butuh latihan untuk mengubah perintah negatif dari “Jangan bicara dengan mulut penuh!” menjadi “Telan dulu, baru bicara.” Tetapi usahakanlah agar menjadi kebiasaan.
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Gunakan iming-iming.
    Untuk anak kecil, berikan hadiah konkret untuk memotivasi anak agar mengikuti rutinitas dan arahan. Saat anak semakin besar, Anda bisa menggantinya dengan hadiah yang lebih abstrak. Di bawah ini ada beberapa garis besar ide dengan contoh dan metaforanya.
    • Ada pepatah, bahwa keledai akan berjalan lebih cepat jika diberi wortel (hadiah) alih-alih dicambuk (hukuman). Apakah Anda mengalami kesulitan membuat anak tidur pada jam yang seharusnya? Anda bisa menawarkan cambuk (“Kamu harus tidur pukul 8 malam, awas kalau tidak ....”) atau memberinya wortel (Kalau kamu sudah siap untuk tidur pukul 7.45, kamu bisa menggunakan 15 menitnya untuk ....”
    • Belilah ember kecil dan isilah dengan “wortel.” “Wortel” ini bisa berupa hadiah-hadiah kecil yang bisa Anda berikan saat anak menurut pada perintah atau saat dia bersikap baik. Belilah beberapa helai stiker, sekantong boneka tentara plastik kecil di toko mainan, atau cincin dan gelang berkilau di lorong perlengkapan pesta di swalayan.
    • Kreatiflah dan buat kupon karya sendiri untuk es loli, waktu 10 menit untuk menggunakan komputer, bermain gim di ponsel Anda, dan tidur 15 menit lebih lambat, mandi busa, dll.
    • Seiring waktu, Anda bisa mengurangi jumlah hadiah konkret seperti itu.[58] Sebaliknya, gunakanlah pujian eksplisit, pelukan, dan tos untuk melanjutkan masukan positif dalam level yang lebih tinggi[59] yang bisa memotivasi anak untuk bersikap baik sambil membangun kepercayaan dirinya.
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Lakukan transisi ke sistem poin untuk menghadiahi perilaku baik.
    Setelah Anda berhasil dengan “ember wortel” ini, sapihlah anak dari hadiah konkret (mainan, stiker) dan ganti menjadi pujian (“Pintar!” dan tos). Setelah itu Anda bisa mempertimbangkan sistem poin untuk perilaku positif. Sistem ini bertindak sebagai bank, tempat anak bisa mengumpulkan poin untuk mendapatkan hak istimewa.[60]
    • Kepatuhan akan membuat anak menghasilkan poin dan pembangkangan akan membuatnya kehilangan poin. Catat poin di lembaran atau poster yang mudah diakses oleh anak.
    • Desain jadwal Anda dengan mempertimbangkan aspek-aspek unik dari otak penderita ADHD. Jadwal yang baik akan meningkatkan kemungkinan anak untuk mendapatkan pujian dan meningkatkan kepercayaan diri. Buatlah daftar cek[61] sesuai jadwal anak,[62] yang menunjukkan kapan tenggat waktu tugas tersebut harus diselesaikan. [63]
    • Pilihlah hadiah yang memungkinkan untuk memotivasi anak. Sistem ini juga berfungsi untuk mengekspresikan motivasi tersebut. [64]
    Iklan
Metode 7
Metode 7 dari 8:

Mengelola Anak ADHD dengan Nutrisi

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Konsultasikan dengan dokter anak mengenai perubahan diet.
    Lakukan perubahan besar berkenaan dengan diet yang disarankan oleh dokter anak, termasuk yang berkaitan dengan vitamin dan suplemen.
    • Tanyakan kepada dokter mengenai konflik yang bisa memberikan pengaruh negatif pada pengobatan ADHD.[65]
    • Dokter anak juga bisa merekomendasikan dosis berbagai suplemen dan memperingatkan kemungkinan efek sampingnya.[66] Misalnya, bisa memperbaiki pola tidur penderita ADHD, tetapi bisa juga menyebabkan mimpi yang sangat hidup dan mungkin terasa tidak menyenangkan.
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Sajikan karbohidrat kompleks untuk meningkatkan level serotonin.
    Penderita ADHD cenderung memiliki tingkat serotonin dan dopamin yang lebih rendah. Anda dapat bereksperimen dengan mengubah diet anak untuk mengatasi efek kekurangan tersebut.
    • Para ahli merekomendasikan diet karbohidrat kompleks untuk meningkatkan level serotonin dan memperbaiki suasana hati, pola tidur, dan nafsu makan. [67]
    • Jangan konsumsi karbohidrat sederhana (yaitu makanan apa pun yang ditambahkan gula, jus buah kemasan, madu, jeli, permen, dan soda)[68] yang bisa mengakibatkan lonjakan serotonin sementara. [69]
    • Sebaliknya, pilihlah karbohidrat kompleks, seperti biji-bijian, sayuran hijau, sayuran yang mengandung zat tepung, dan kacang-kacangan. [70] Semua jenis makanan ini dicerna dengan lebih perlahan dan zat gula yang terkandung di dalamnya akan dilepaskan secara bertahap ke dalam aliran darah anak. [71]
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Sajikan protein untuk meningkatkan fokus anak.
    Sajikan diet kaya protein pada setiap jam makan untuk menjaga agar level dopamin anak tetap tinggi sepanjang hari. [72] Diet protein akan membantu anak meningkatkan fokus.
    • Yang termasuk protein antara lain daging, ikan, biji-bijian, serta beberapa jenis makanan yang juga mengandung karbohodrat kompleks: polong-polongan dan kacang-kacangan. [73]
    • Ayam, tuna kalengan, telur, dan kacang-kacangan adalah contoh sumber protein yang bagus, yang harganya biasanya murah dan terjangkau.
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Pilihlah lemak omega-3.
    Ahli ADHD merekomendasikan untuk memperbaiki otak dengan menghindari lemak jahat seperti yang ada pada lemak trans dan makanan yang digoreng, misalnya burger dan piza. Sebaliknya, pilihlah lemak omega-3 dari salmon, kenari, dan avokad. [74] Makanan tersebut bisa membantu menurunkan perilaku hiperaktif sekaligus meningkatkan kemampuan untuk mengorganisasi.
  5. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 5 Tingkatkan asupan zink anak.
    Dalam beberapa penelitian, hidangan laut, unggas, sereal yang telah diperkaya dengan vitamin, serta makanan lain yang mengandung zink atau suplemen zink terbukti bisa menurunkan tingkat hiperaktif dan impulsif. Namun, penelitian terkait hal ini masih terbatas dan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter anak mengenai kemungkinan manfaatnya, jika memang ada.[75]
  6. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 6 Tambahkan rempah ke dalam makanan anak.
    Jangan lupa, beberapa rempah memiliki manfaat lain selain menambah cita rasa. Misalnya, saffron bisa membantu mengatasi depresi, sementara kayu manis bisa membantu meningkatkan perhatian. [76]
  7. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 7 Bereksperimenlah untuk mengurangi makanan tertentu.
    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengurangi gandum dan susu, juga makanan yang sudah diproses, gula, zat aditif, dan pewarna (terutama pewarna makanan merah) bisa memiliki pengaruh positif pada perilaku anak penderita ADHD. [77] Walaupun tidak semua orang bersedia untuk bersusah payah seperti itu, tetapi beberapa eksperimen bisa menghasilkan kemajuan yang besar. [78]
    Iklan
Metode 8
Metode 8 dari 8:

Pengobatan

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Tanyakan mengenai pengobatan kepada dokter jiwa profesional.
    Ada dua kategori dasar untuk pengobatan ADHD: stimulan (seperti metilfenidat dan amfetamina) dan nonstimulan (seperti guanfacine dan atomoxetine). [79]
    • Hiperaktivitas manjur diobati dengan obat stimulan, karena sirkuit otak yang dirangsang adalah sirkuit yang bertanggung jawab untuk mengendalikan perilaku impulsif dan meningkatkan fokus.[80] Stimulan (Ritalin, Concerta, dan Adderall) membantu mengatur neurotransmiter (norepinefrin dan dopamin). [81] Obat ini bersifat short-acting (cepat diserap, didistribusikan ke dalam tubuh, dan cepat pula dikeluarkan) atau longer-acting. Artinya, efek obat hanya bertahan dalam jangka waktu yang pendek. Ini berguna untuk orang yang bisa mengelola ADHD mereka hampir sepanjang waktu. Beberapa obat bisa bertahan sepanjang hari.[82]
    • Obat nonstimulan akan meningkatkan norepinefrin, yaitu zat kimia di dalam otak yang membantu memperbaiki fokus.[83] Obat jenis ini juga bisa bertahan cukup lama.
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Awasi efek samping stimulan.
    Stimulan memiliki efek samping yang cukup umum, yaitu menurunkan nafsu makan dan sulit tidur. Masalah tidur umumnya bisa diatasi dengan menurunkan dosis obat.
    • Psikiater atau dokter anak juga akan menambahkan resep untuk memperbaiki kualitas tidur, seperti clonidine[84] atau melatonin.
    • Untuk anak usia 4-5 tahun, pendekatan pengobatan utama yang dianjurkan adalah modifikasi perilaku dan pelatihan orang tua, dengan pilihan untuk menggunakan metilfenidat jika teknik perilaku ini ternyata tidak bisa sepenuhnya mengendalikan perilaku.[85]
    • Penderita pada semua kelompok umur dianjurkan untuk mengombinasikan terapi perilaku bersama pengobatan.[86]
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Tanyakan tentang obat nonstimulan.
    Obat nonstimulan kemungkinan bisa lebih manjur untuk beberapa penderita ADHD. Obat antidepresi nonstimulan sering digunakan untuk mengobati ADHD. Obat ini membantu mengatur neurotransmiter (norepinefrin dan dopamin).
    • Beberapa efek sampingnya lebih mengkhawatirkan dibandingkan obat-obatan lain. Misalnya, remaja yang mengonsumsi atomoxetine harus diawasi dengan ketat karena dikhawatirkan memiliki pikiran untuk bunuh diri. [87]
    • Beberapa efek samping guanfacine adalah mengantuk, sakit kepala, dan lekas marah.[88]
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Carilah obat yang tepat.
    Memutuskan jenis, dosis, dan resep obat tertentu memang sulit, karena respons masing-masing orang pada setiap obat itu berbeda. Berkonsultasilah dengan dokter dan cari tahulah hasil riset terbaru untuk mendapatkan jenis dan dosis yang tepat bagi anak.
    • Misalnya, banyak obat-obatan yang bisa diminum dalam format extended-release (sediaan pelepasan obat diperlama), jadi dia tidak perlu meminum obat saat jam sekolah. [89]
    • Beberapa orang tidak mau mengonsumsi obat secara teratur dan hanya mau meminum obat saat membutuhkannya. Dalam kasus seperti ini, orang tersebut tentu menginginkan obat yang bisa bereaksi dengan cepat.
    • Untuk anak-anak yang lebih tua dan ingin belajar mengimbangi kondisi ADHD-nya, obat-obatan bisa dikurangi atau hanya dikonsumsi pada waktu-waktu tertentu, seperti saat ujian masuk perguruan tinggi, atau saat ujian akhir.
  5. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 5 Gunakan kontainer pil.
    Anak-anak mungkin perlu lebih sering diingatkan dan didampingi untuk meminum obatnya secara teratur. Kontainer pil mingguan bisa membantu orang tua memantau konsumsi obat anak.[90] Jika anak mengonsumsi obat secara terus-menerus, orang tua sangat dianjurkan untuk memantau tempat penyimpanan obat dan memonitor penggunaannya, karena DEA (Drug Enforcement Administration, atau Penegak Hukum Narkoba Pemerintah Amerika Serikat) mengklasifikasikan stimulan sebagai obat yang memiliki potensi penyalahgunaan yang tinggi.
  6. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 6 Temuilah dokter anak secara teratur untuk memeriksa resep.
    Efektivitas obat bisa saja berubah tergantung pada beberapa faktor, seperti pertumbuhan tubuh, fluktuasi hormon, makanan, perubahan berat badan, dan seberapa cepat anak membangun resistensi terhadap obat tersebut. [91]
    Iklan

Tips

  • Menjadi orang tua dari anak penderita ADHD memang melelahkan, baik secara mental, emosional, maupun fisik. Jadi pastikan Anda masih menyempatkan waktu untuk merawat diri sendiri sebagai individu dan pasangan. Beri diri sendiri waktu jeda dari anak, tidak peduli sesayang apa pun Anda kepadanya. Anda tidak mungkin selalu berada dalam performa terbaik untuk menghadapi anak jika Anda membiarkan diri untuk terus “berlari” tanpa jeda. Carilah cara untuk menikmati waktu tenang setiap hari, dan mungkin sekali-kali makan malam atau menghadiri acara tertentu tanpa dikuntit anak.
  • Ada pepatah, “Dibutuhkan orang sekampung untuk membesarkan satu anak.” Mintalah bantuan jika memungkinkan, untuk membuat hidup anak menjadi lebih konsisten.
Iklan

Peringatan

  • Berkonsultasilah selalu dengan dokter sebelum mengonsumsi atau meminta obat beresep.
Iklan

Referensi

  1. Attention-Deficit / Hyperactivity Disorder (ADHD): Symptoms and Diagnosis found at http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/diagnosis.html
  2. Attention-Deficit / Hyperactivity Disorder (ADHD): Symptoms and Diagnosis found at http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/diagnosis.html
  3. Attention-Deficit / Hyperactivity Disorder (ADHD): Symptoms and Diagnosis found at http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/diagnosis.html
  4. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  5. The ADHD Update: Understanding Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder by Alvin and Virginia Silverstein and Laura Silverstein Nunn (2008).
  6. ADHD and the Nature of Self-Control by Russell A. Barkley (1997).
  7. Organize Your ADD/ADHD Child: A Practical Guide For Parents by Cheryl R. Carter (2011).
  8. Putting On The Brakes: Young People’s Guide to Understanding Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) by Patricia O. Quinn & Judith M. Stern (1991).
  9. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  1. ADHD and the Nature of Self-Control by Russell A. Barkley (1997).
  2. Organize Your ADD/ADHD Child: A Practical Guide For Parents by Cheryl R. Carter (2011).
  3. Putting On The Brakes: Young People’s Guide to Understanding Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) by Patricia O. Quinn & Judith M. Stern (1991).
  4. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  5. Putting On The Brakes: Young People’s Guide to Understanding Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) by Patricia O. Quinn & Judith M. Stern (1991).
  6. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  7. Putting On The Brakes: Young People’s Guide to Understanding Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) by Patricia O. Quinn & Judith M. Stern (1991).
  8. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  9. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  10. Organize Your ADD/ADHD Child: A Practical Guide For Parents by Cheryl R. Carter (2011).
  11. Putting On The Brakes: Young People’s Guide to Understanding Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) by Patricia O. Quinn & Judith M. Stern (1991).
  12. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  13. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  14. On Their Own: Creating an Independent Future for Your Child With Learning Disabilities and ADHD by Anne Ford (2007).
  15. On Their Own: Creating an Independent Future for Your Child With Learning Disabilities and ADHD by Anne Ford (2007).
  16. The Everything Parent’s Guide to Children With ADD/ADHD: A Reassuring Guide to Getting The Right Diagnosis, Understanding Treatments, And Helping Your Child Focus by Linda Sonna (2005).
  17. The Everything Parent’s Guide to Children With ADD/ADHD: A Reassuring Guide to Getting The Right Diagnosis, Understanding Treatments, And Helping Your Child Focus by Linda Sonna (2005).
  18. Students With ADHD Can Be Eligible For An IEP by Dennise Goldberg, Aug. 13, 2012, found at http://www.specialeducationadvisor.com/students-with-adhd-can-be-eligible-for-an-iep/
  19. Creating an IEP/504 Plan For Your ADHD Child: 11 Action Steps and 40 Great Accommodations, (2013) found at http://assets.addgz4.com/pub/free-downloads/pdf/CreatingAnIEP504forYourADHDChild.pdf
  20. ADD/ADHD Behavior-Change Resource Kit by Grad L. Flick (1998).
  21. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  22. Organize Your ADD/ADHD Child: A Practical Guide For Parents by Cheryl R. Carter (2011).
  23. Organize Your ADD/ADHD Child: A Practical Guide For Parents by Cheryl R. Carter (2011).
  24. Organize Your ADD/ADHD Child: A Practical Guide For Parents by Cheryl R. Carter (2011).
  25. Putting On The Brakes: Young People’s Guide to Understanding Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) by Patricia O. Quinn & Judith M. Stern (1991).
  26. Dr. Larry’s Silver’s Advice to Parents on ADHD by Larry N. Silver (1999).
  27. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  28. Dr. Larry’s Silver’s Advice to Parents on ADHD by Larry N. Silver (1999).
  29. ADHD and the Nature of Self-Control by Russell A. Barkley (1997).
  30. Dr. Larry’s Silver’s Advice to Parents on ADHD by Larry N. Silver (1999).
  31. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  32. Dr. Larry’s Silver’s Advice to Parents on ADHD by Larry N. Silver (1999).
  33. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  34. Dr. Larry’s Silver’s Advice to Parents on ADHD by Larry N. Silver (1999).
  35. Dr. Larry’s Silver’s Advice to Parents on ADHD by Larry N. Silver (1999).
  36. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  37. Organize Your ADD/ADHD Child: A Practical Guide For Parents by Cheryl R. Carter (2011).
  38. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  39. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  40. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  41. Brainstorms: Understanding and Treating the Emotional Storms of Attention Deficit Hyperactivity Disorder from Childhood Through Adulthood by H. Joseph Horacek, Jr. (1998).
  42. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  43. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  44. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  45. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  46. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  47. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  48. Organize Your ADD/ADHD Child: A Practical Guide For Parents by Cheryl R. Carter (2011).
  49. Organize Your ADD/ADHD Child: A Practical Guide For Parents by Cheryl R. Carter (2011).
  50. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  51. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  52. Why Is My Child’s ADHD Not Better Yet? Recognizing The Undiagnosed Secondary Conditions That May Be Affecting Your Child’s Treatment by David Gottlieb, Thomas Shoaf, and Risa Graff (2006).
  53. Organize Your ADD/ADHD Child: A Practical Guide For Parents by Cheryl R. Carter (2011).
  54. Taking Charge of ADHD: The Complete, Authoritative Guide For Parents by Russell A. Barkley (2005).
  55. ADHD and the Nature of Self-Control by Russell A. Barkley (1997).
  56. Vitamins and Supplements for ADHD at http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/attention-deficit-hyperactivity-disorder
  57. Vitamins and Supplements for ADHD at http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/attention-deficit-hyperactivity-disorder
  58. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  59. Making Sense of Foods—Carbohydrates: Simple versus Complex at http://www.nutritionmd.org/nutrition_tips/nutrition_tips_understand_foods/carbs_versus.html
  60. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  61. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  62. Healthy Diet at http://www.cdc.gov/actagainstaids/campaigns/hivtreatmentworks/livewell/healthydiet.html
  63. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  64. Healthy Diet at http://www.cdc.gov/actagainstaids/campaigns/hivtreatmentworks/livewell/healthydiet.html
  65. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  66. Vitamins and Supplements for ADHD at http://www.nature.com/ejcn/journal/v67/n1/full/ejcn2012177a.html
  67. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  68. Fight Back With Food by Tana Amen, R.N. in ADDitude Magazine (Winter 2014).
  69. What Causes ADHD? (by National Institute of Mental Health) found at http://www.nimh.nih.gov/health/publications/attention-deficit-hyperactivity-disorder/index.shtml?rf=71264#pub3
  70. What Causes ADHD? (by National Institute of Mental Health) found at http://www.nimh.nih.gov/health/publications/attention-deficit-hyperactivity-disorder/index.shtml?rf=71264#pub3
  71. What Causes ADHD? (by National Institute of Mental Health) found at http://www.nimh.nih.gov/health/publications/attention-deficit-hyperactivity-disorder/index.shtml?rf=71264#pub3
  72. On Their Own: Creating an Independent Future for Your Child With Learning Disabilities and ADHD by Anne Ford (2007).
  73. http://www.webmd.com/add-adhd/guide/adhd-stimulant-therapy
  74. http://www.webmd.com/add-adhd/guide/adhd-nonstimulant-drugs-therapy
  75. What Medications Are Used to Treat ADHD? (by National Institute of Mental Health) found at http://www.nimh.nih.gov/health/topics/mental-health-medications/mental-health-medications.shtml#part_149868
  76. http://pediatrics.aappublications.org/content/early/2011/10/14/peds.2011-2654.full.pdf
  77. http://pediatrics.aappublications.org/content/early/2011/10/14/peds.2011-2654.full.pdf
  78. What Medications Are Used to Treat ADHD? (by National Institute of Mental Health) found at http://www.nimh.nih.gov/health/topics/mental-health-medications/mental-health-medications.shtml#part_149868
  79. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a601059.html
  80. What Causes ADHD? (by National Institute of Mental Health) found at http://www.nimh.nih.gov/health/publications/attention-deficit-hyperactivity-disorder/index.shtml?rf=71264#pub3
  81. http://psychcentral.com/blog/archives/2012/06/07/12-best-tips-for-coping-with-adhd/
  82. What Causes ADHD? (by National Institute of Mental Health) found at http://www.nimh.nih.gov/health/publications/attention-deficit-hyperactivity-disorder/index.shtml?rf=71264#pub3

Tentang How.com.vn ini

How.com.vn Bahasa Indonesia: George Sachs, PsyD
Disusun bersama :
Psikolog Berlisensi
Artikel ini disusun bersama George Sachs, PsyD. George Sachs adalah Psikolog Berlisensi dan Pemilik Sachs Center yang berlokasi di New York. Dengan pengalaman lebih dari 10 tahun, Dr. Sachs mengkhususkan diri dalam penanganan ADD/ADHD dan Gangguan Spektrum Autisme pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Dia meraih gelar Sarjana Psikologi dari Emory University. Dr. Sachs memperoleh gelar Doktor Psikologi (PsyD) dari Illinois School of Professional Psychology, Chicago. Dia menyelesaikan pelatihan klinisnya di Chicago di Cook County Hospital, Mt. Rumah Sakit Sinai, dan Pusat Studi Anak. Selain itu, Dr. Sachs menyelesaikan magang dan pekerjaan pascadoktoralnya di Children’s Institute di Los Angeles, tempat dia mengawasi dan melatih para terapis di Trauma-Focused Cognitive Behavioral Therapy (TFCBT). Dia menjalani pelatihan sebagai Terapis Gestalt dan mendapatkan sertifikasi dari program Gestalt Associates Training di Los Angeles. Dr. Sachs adalah penulis The Adult ADD Solution, Helping the Traumatized Child, dan Helping Your Husband with Adult ADD. Dia tampil di NBC Nightly News, CBS, dan WPIX, membahas pendekatan holistiknya untuk penanganan ADD/ADHD. Dr. Sachs juga menulis untuk Huffington Post. Artikel ini telah dilihat 26.226 kali.
Daftar kategori: Kesehatan Anak
Halaman ini telah diakses sebanyak 26.226 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

⚠️ Disclaimer:

Content from Wiki How Bahasa Indonesia language website. Text is available under the Creative Commons Attribution-Share Alike License; additional terms may apply.
Wiki How does not encourage the violation of any laws, and cannot be responsible for any violations of such laws, should you link to this domain, or use, reproduce, or republish the information contained herein.

Notices:
  • - A few of these subjects are frequently censored by educational, governmental, corporate, parental and other filtering schemes.
  • - Some articles may contain names, images, artworks or descriptions of events that some cultures restrict access to
  • - Please note: Wiki How does not give you opinion about the law, or advice about medical. If you need specific advice (for example, medical, legal, financial or risk management), please seek a professional who is licensed or knowledgeable in that area.
  • - Readers should not judge the importance of topics based on their coverage on Wiki How, nor think a topic is important just because it is the subject of a Wiki article.

Iklan