Cara Menentukan Waktu yang Tepat untuk Memiliki Anak

Unduh PDFUnduh PDF

Banyak orang tua meyakini bahwa membesarkan anak adalah pengalaman yang sangat berharga dan bermakna. Selain itu, banyak pula orang tua yang memercayai bahwa pengalaman mengasuh anak juga akan diwarnai oleh kesulitan, bukan hanya kebahagiaan.[1] Siapkah Anda untuk menjadi salah satunya? Ingat, memiliki anak adalah keputusan hidup yang sangat besar. Oleh karena itu, pahamilah bahwa tidak ada keputusan yang benar maupun salah, dan setiap orang tidak memiliki kewajiban untuk memiliki anak dalam tenggat tertentu! Sebelum memutuskan untuk memiliki anak, cobalah memikirkan motivasi, gaya hidup, dan situasi hubungan Anda dengan pasangan. Seharusnya, setelah itu Anda akan terbantu untuk membuat keputusan yang paling tepat bagi keluarga kecil Anda!

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Mengevaluasi Motivasi Anda

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Pikirkan komitmen Anda sebagai orang tua.
    Sejatinya, berbagai faktor biologis dan budaya akan berkontribusi terhadap keinginan seseorang untuk memiliki anak. Namun, alih-alih menyerah pada tekanan, cobalah meluangkan waktu untuk memikirkan kapasitas Anda dalam mengasuh seorang anak di dalam rumah Anda selama sedikitnya 18 tahun ke depan, serta kemampuan Anda untuk terus-menerus memberikan bantuan yang dibutuhkannya seumur hidup.
    • Ingat, Anda bukan hanya dituntut untuk meluangkan waktu ketika memiliki anak. Faktanya, membesarkan anak juga membutuhkan biaya yang sangat besar, setidaknya sampai dia menyentuh usia perkuliahan.[2]
    • Pahamilah bahwa anak juga merupakan investasi mental. Penelitian menunjukkan bahwa orang tua baru lebih rentan mengalami emosi negatif yang juga menyertai situasi seperti perceraian dan kehilangan pekerjaan. Meski cepat atau lambat kebahagiaan akan kembali muncul, tetaplah mempertimbangkan kesehatan mental berikut kemampuan diri Anda untuk menghadapi kesulitan yang sedemikian besarnya.[3]
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Evaluasi peristiwa hidup terkini Anda.
    Beberapa orang akan merasa termotivasi untuk memiliki anak setelah menghadapi peristiwa hidup atau krisis yang sangat besar. Oleh karena itu, cobalah mengamati hidup Anda dan mengidentifikasi ada atau tidaknya peristiwa yang mendorong munculnya motivasi sesaat tersebut.
    • Beberapa pasangan meyakini bahwa memiliki anak justru berpotensi mencederai hubungan mereka. Meski belum tentu benar, adakalanya tekanan dalam mengasuh anak memang dapat merusak, alih-alih mengukuhkan, hubungan antarpasangan.[4]
    • Beberapa pasangan meyakini bahwa memiliki anak adalah langkah yang harus ditempuh setelah menikah. Namun, pahamilah bahwa sejatinya, tidak ada waktu yang paling tepat bagi setiap orang untuk memiliki anak. Oleh karena itu, selalu amati kondisi Anda dan pasangan untuk memastikan keinginan dan kesiapan kedua belah pihak dalam menempuh opsi tersebut.
    • Terkadang, peristiwa hidup yang sangat besar, seperti sembuh dari penyakit kronis atau cedera dapat mendorong seseorang untuk menjalani hidupnya dengan maksimal. Meski Anda boleh memiliki anak setelah menghadapi peristiwa hidup yang besar, setidaknya tetaplah meluangkan waktu untuk memikirkan implikasi jangka panjang dari keputusan yang tergolong impulsif tersebut.
  3. 3
    Pertimbangkan kemungkinan untuk tidak memiliki anak. Jika Anda bertumbuh dengan pandangan bahwa menjadi orang tua adalah opsi yang harus diambil oleh semua orang, cobalah meluangkan waktu untuk mempertimbangkan situasi yang berlawanan. Pandang aktivitas ini sebagai latihan, bukan keputusan yang bersifat final. Dengan kata lain, cobalah membayangkan seperti apa peluang Anda untuk membangun karier, hubungan, hobi, dan minat pribadi jika tidak memiliki anak.[5]
    • Cobalah bertanya kepada diri sendiri, “Apakah opsi ini terasa lebih menyenangkan daripada membawa anak ke dalam keluarga?” Berfokuslah pada reaksi instingtif yang muncul!
    • Jika ada kondisi yang terasa sama menariknya dengan tindakan mengasuh anak, cobalah mencari cara untuk menyelipkan opsi tersebut ke dalam aktivitas sehari-hari Anda sebagai orang tua nantinya. Mungkinkah keseimbangan tersebut bisa Anda capai?
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Pertimbangkan kewajiban Anda.
    Ingat, Anda tidak berkewajiban untuk memiliki anak jika tidak menginginkannya! Sebaliknya, sejauh sudah memasuki usia dewasa yang legal, Anda juga tidak dilarang untuk memiliki anak jika menginginkannya. Cobalah mengamati orang-orang yang ada di sekitar Anda dan pertimbangkan adakah di antara mereka yang memaksa Anda untuk membuat keputusan dalam waktu dekat.[6]
    • Jika Anda dan pasangan tidak memiliki perspektif yang sama dalam hal memiliki anak, berhentilah sejenak untuk berpikir, “Apakah keputusan ini muncul karena aku memiliki cara pandang yang berbeda dengan pasangan, atau karena aku ingin membahagiakannya?”
    • Amati kondisi para kerabat dan sahabat. Adakah di antara mereka yang memaksa Anda untuk membuat keputusan tersebut? Jika ada, tidak ada salahnya menjaga jarak sejenak dari mereka sampai keputusan Anda benar-benar bulat.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Mengevaluasi Hidup Anda

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Periksakan diri ke dokter.
    Sebelum membuat keputusan untuk memiliki anak, pastikan kondisi kesehatan Anda sudah cukup prima untuk melakukannya. Jika Anda memiliki gangguan kesehatan yang kronis, baik secara fisik maupun mental, cobalah memikirkan seperti apa dampaknya kepada proses perkembangan anak Anda nantinya.
    • Temui dokter. Katakan kepadanya, “Saya dan pasangan berencana untuk memiliki anak. Apakah kondisi kesehatan saya memiliki dampak jangka panjang terhadap kemampuan pengasuhan saya nantinya?”
    • Wanita juga harus menyadari bahwa faktor biologis tertentu dapat memengaruhi kemungkinan mereka untuk hamil atau menjalani masa kehamilan dengan aman. Oleh karena itu, jangan lupa memeriksakan diri ke dokter untuk mengevaluasi berbagai komplikasi kesehatan yang mungkin Anda alami ketika hamil.[7]
    • Jika Anda memiliki riwayat gangguan kecemasan, depresi, atau komplikasi kesehatan mental lain, segeralah memeriksakan diri ke ahli kejiwaan dan berkata, “Saya dan pasangan berencana untuk memiliki anak dalam waktu dekat. Kira-kira, bagaimana pengaruh gangguan kesehatan mental yang saya alami dalam menjalankan peran sebagai orang tua?”
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Cek rekening Anda di bank.
    Meski tidak harus memiliki tabungan ratusan juta di bank sebelum melahirkan, setidaknya pastikan uang yang Anda dan pasangan miliki mampu memenuhi berbagai kebutuhan dasar anak dalam waktu dekat.[8]
    • Pertama-tama, pastikan Anda memiliki waktu untuk mengambil cuti bekerja. Jika perusahaan tempat Anda bekerja tidak menyediakan fasilitas tersebut, pastikan Anda dan pasangan tetap bisa menghidupi diri meski harus mengalami pengurangan pendapatan karena harus cuti setelah melahirkan.
    • Kemudian, evaluasi biaya perawatan kesehatan anak. Setelah memutuskan untuk memiliki anak, Anda dan pasangan harus segera menyiapkan biaya untuk memenuhi keperluan melahirkan, yang bisa berkisar dari puluhan sampai ratusan juta karena bergantung kepada program asuransi yang menaungi Anda.[9] Selain itu, Anda juga harus menyiapkan biaya untuk berjaga-jaga seandainya anak mengalami komplikasi medis setelah lahir. Jika memungkinkan, segera buatkan asuransi baru untuk anak Anda!
    • Lalu, pertimbangkan pula biaya yang harus Anda siapkan untuk mengurus anak yang baru lahir. Barang keperluan seperti tempat tidur bayi, pakaian bayi, tempat duduk bayi di mobil, dsb. tentu saja tidak bisa Anda dapatkan secara gratis. Selain itu, barang-barang yang terkesan sederhana seperti diaper dan makanan bayi juga sejatinya tidak murah dan dapat membuat bujet bulanan Anda membengkak, lho![10]
    • Setelah itu, evaluasi biaya perawatan anak yang harus Anda siapkan. Langkah ini terutama penting untuk dilakukan jika kedua orang tua tetap harus bekerja setelah memiliki anak.
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Temui atasan Anda.
    Jika masih ingin bekerja setelah menjadi orang tua, sekaranglah saat yang tepat untuk menganalisis arah karier Anda.[11] Oleh karena itu, temui atasan untuk mendiskusikan posisi karier Anda saat ini berikut rencana jangka pendek yang dimiliki oleh perusahaan terhadap Anda. Kepada diri Anda sendiri, ajukan pula pertanyaan ini:
    • Apakah pekerjaan menuntut Anda untuk sering bepergian atau bepergian dalam waktu yang lama?
    • Apakah Anda sedang mengerjakan proyek besar yang memerlukan fokus dan perhatian maksimal?
    • Apakah biaya perawatan anak akan membengkak akibat tanggung jawab pekerjaan Anda?
    • Apakah perusahaan tempat Anda bekerja memberikan cuti melahirkan atau manfaat lain kepada orang tua baru?
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Evaluasi sistem pendukung yang Anda miliki.
    Meski tanggung jawab terbesar untuk membesarkan anak terletak di tangan orang tua atau wali resmi anak tersebut, sejatinya tetap diperlukan adanya sistem pendukung yang positif untuk meringankan tanggung jawab tersebut dan menyokong kehidupan sang anak di masa depan. Oleh karena itu, cobalah mengamati sahabat, kerabat, dan kolega yang ada di sekitar Anda saat ini, dan pikirkan apakah mereka dapat membawa pengaruh yang positif kepada kehidupan anak Anda nantinya.[12]
    • Cari orang yang bukan hanya bersedia memberikan dukungan emosional, tetapi juga mampu memberikan bantuan yang nyata, seperti menjaga anak Anda dan membersihkan rumah ketika dibutuhkan.
    • Jika saat ini Anda masih belum memiliki sistem pendukung yang kukuh, cobalah mempertimbangkan kondisi keuangan Anda dan memikirkan kemungkinan untuk menyewa asisten rumah tangga atau perawat bayi.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Berdiskusi dengan Pasangan

Unduh PDF
  1. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 1 Tanyakan keinginan pasangan
    . Jika topik tersebut belum pernah Anda berdua bahas sebelumnya, sekaranglah saat yang tepat untuk mendiskusikan keinginan kedua belah pihak. Beri tahu pasangan, “Aku sudah berpikir soal anak, dan kepingin mendengarkan pandanganmu soal menjadi orang tua.”
    • Cari waktu yang tepat untuk berdiskusi. Jangan mengajak pasangan berdiskusi ketika dia sedang sibuk atau ketika waktunya sedang kurang tepat. Alih-alih, mintalah pasangan menyisihkan waktu khusus agar Anda berdua bisa berdiskusi dengan serius.
    • Jelaskan alasan di balik keinginan Anda untuk memiliki anak. Jika Anda masih belum ingin memiliki anak, berikan pula alasannya kepada pasangan.
    • Mintalah pendapat pasangan, dan hargai apa pun yang disampaikannya.
  2. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 2 Tanyakan kekhawatiran pasangan.
    Setelah Anda berdua bersepakat untuk memiliki anak, berikan peluang kepada pasangan untuk melakukan proses evaluasi mental yang sama. Dengan kata lain, izinkan dia menyuarakan kekhawatiran dan harapan-harapannya.
    • Secara aktif, ajukan pertanyaan seperti, “Bagaimana rencanamu untuk menyiapkan keuangan sebelum punya anak?” dan “Apa menurutmu kita punya sumber daya yang cukup untuk merawat anak?”
    • Hindari perdebatan. Izinkan pasangan menyuarakan pendapatnya. Jika pendapatnya ternyata berbeda dengan cara pandang Anda, cobalah menawarkan pendapat Anda dengan sopan, “Menurutku, bagaimana kalau...” Jangan pernah membuat pasangan merasa pendapatnya tidak valid di dalam percakapan tersebut!
  3. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 3 Evaluasi pola asuh Anda dan pasangan.
    Tentukan seperti apa bentuk kerja sama Anda dan pasangan dalam mengasuh anak. Apakah Anda berdua akan sama-sama terlibat secara aktif? Atau, apakah salah satu pihak hanya akan mendonasikan gennya? Apakah anak tersebut akan dibesarkan di satu rumah yang sama atau di dua rumah yang berbeda?[13]
    • Tanyakan kepada pasangan, “Bagaimana visimu dalam membesarkan anak kita nanti?” Pahamilah bahwa jawabannya mungkin akan berbeda dengan preferensi pribadi Anda, tetapi bukan berarti itu salah. Setelahnya, cobalah mendiskusikan berbagai pendapat yang berbeda dengan pikiran terbuka.
    • Jelaskan harapan Anda terkait perilaku pasangan setelah menjadi orang tua.[14] Oleh karena belum pernah memiliki anak sebelumnya, kemungkinan besar Anda belum mengetahui metode yang tepat untuk menyikapi berbagai jenis situasi. Oleh karena itu, ajak pasangan mendiskusikan ekspektasi satu sama lain, seperti dengan berkata, "Aku kepingin kita bergantian untuk menyuapi anak setiap malam," atau, "Waktu aku harus menyusui, aku harap kamu bisa membantu untuk..."
  4. How.com.vn Bahasa Indonesia: Step 4 Lakukan konseling pasangan.
    Mintalah bantuan konselor untuk memperbaiki efektivitas dan kejelasan komunikasi di antara Anda dan pasangan mengenai harapan, pun kekhawatiran Anda untuk menjadi orang tua. Manfaatkan momen tersebut untuk membuat keputusan yang tepat, sekaligus untuk mengukuhkan hubungan sebelum mendatangkan seorang anak ke dalamnya.[15]
    • Beri tahu konselor Anda, “Kami berencana untuk punya anak. Itulah kenapa, kami perlu memastikan hubungan ini sudah cukup sehat dan siap untuk dilanjutkan ke tahap tersebut.”
    • Cobalah berkonsultasi kepada konselor keluarga dan/atau konselor pasangan.
    Iklan

Tips

  • Luangkan waktu sebanyak mungkin untuk memikirkan keputusan yang terbaik. Jangan memaksakan diri untuk menghasilkan keputusan dalam tenggat tertentu!
Iklan

Tentang How.com.vn ini

Artikel ini disusun bersama Rebecca Tenzer, MAT, MA, LCSW, CCTP, CGCS, CCATP, CCFP. Rebecca Tenzer adalah pemilik dan kepala klinik Astute Counseling Services, praktik konseling pribadi di Chicago, Illinois. Berbekal lebih dari 18 tahun pengalaman edukasional dan klinik di bidang kesehatan mental, Rebecca merupakan spesialis dalam penanganan depresi, kecemasan, panik, trauma, kesedihan, hubungan antarpersonal, menggunakan kombinasi terapi perilaku kognitif, terapi psikodinamik, praktik berbasis bukti, dan kepakaran dalam bidang kesehatan mental. Rebecca memiliki gelar Bachelor of Arts (BA) dalam Sosiologi dan Antropologi dari DePauw University, gelar Master in Teaching (MAT) dari Dominican University, dan gelar Master of Social Work (MSW) dari University of Chicago. Rebecca pernah bertugas sebagai anggota AmeriCorps dan saat ini juga merupakan profesor psikologi pada tingkat perguruan tinggi. Rebecca terlatih sebagai Cognitive Behavioral Therapist (CBT), Certified Clinical Trauma Professional (CCTP), Certified Grief Counseling Specialist (CGCS), dan Certified Clinical Anxiety Treatment Professional (CCATP). Rebecca adalah anggota Cognitive Behavioral Therapy Society of America dan The National Association of Social Workers. Artikel ini telah dilihat 1.742 kali.
Daftar kategori: Kehidupan Keluarga
Halaman ini telah diakses sebanyak 1.742 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

⚠️ Disclaimer:

Content from Wiki How Bahasa Indonesia language website. Text is available under the Creative Commons Attribution-Share Alike License; additional terms may apply.
Wiki How does not encourage the violation of any laws, and cannot be responsible for any violations of such laws, should you link to this domain, or use, reproduce, or republish the information contained herein.

Notices:
  • - A few of these subjects are frequently censored by educational, governmental, corporate, parental and other filtering schemes.
  • - Some articles may contain names, images, artworks or descriptions of events that some cultures restrict access to
  • - Please note: Wiki How does not give you opinion about the law, or advice about medical. If you need specific advice (for example, medical, legal, financial or risk management), please seek a professional who is licensed or knowledgeable in that area.
  • - Readers should not judge the importance of topics based on their coverage on Wiki How, nor think a topic is important just because it is the subject of a Wiki article.

Iklan